Dinamika ini tidak jarang memicu ketegangan antara elit partai pusat dengan para kader di daerah, yang masing-masing memiliki kepentingan dan ambisi politiknya sendiri.
“Kecurigaan bahwa ketidakcocokan dalam perebutan kekuasaan ini turut mempengaruhi keputusan Airlangga untuk mundur semakin kuat jika kita melihat pola konflik yang sering terjadi di tubuh Golkar. Persaingan di politik lokal tidak hanya melibatkan tokoh-tokoh daerah, tetapi juga para elit pusat yang berusaha menjaga pengaruh dan kontrol mereka di berbagai wilayah,” ujar Gesit.
Bahkan, isu lain menyebut soal nama-nama menteri yang diusulkan Golkar untuk kabinet baru Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Dalam sejarahnya, Golkar dikenal sebagai partai dengan banyak faksi, dan setiap faksi sering kali memiliki agenda serta tokoh yang ingin didorong ke posisi strategis.
Ketegangan ini bisa terlihat dalam proses penyusunan kabinet, di mana berbagai faksi dalam partai berlomba-lomba menempatkan kader-kader mereka di posisi menteri yang dianggap strategis.
1 2 3 4 Selanjutnya
Penulis : Rudi Alfian
Editor : Anis
Sumber Berita : Gesit Yudha
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.