Berdasarkan pandangannya, perselisihan ini sering kali menciptakan ketegangan yang berdampak pada stabilitas internal partai. Ada indikasi bahwa pengunduran diri Airlangga mungkin dipicu oleh ketidakpuasan atau tekanan dari faksi-faksi yang merasa tidak terakomodasi dalam pembagian kekuasaan di kabinet.
Dalam situasi ini, keputusan Airlangga untuk mundur bisa dipandang sebagai langkah untuk menghindari konflik yang lebih besar atau sebagai upaya untuk menjaga kesatuan partai menjelang transisi kekuasaan.
“Airlangga Hartarto telah meninggalkan warisan yang signifikan bagi Partai Golkar. Kepemimpinannya yang transformatif telah membawa partai melalui periode yang penuh tantangan dan mempersiapkan Golkar untuk menghadapi masa depan. Pengunduran dirinya, meski mengejutkan, merupakan langkah yang mencerminkan dedikasinya terhadap partai yang ia pimpin selama hampir tujuh tahun,” tandasnya.
Kini, Golkar dihadapkan pada tantangan baru untuk memilih penerus yang mampu melanjutkan visi dan misi yang telah dibangun Airlangga.
Penulis : Rudi Alfian
Editor : Anis
Sumber Berita : Gesit Yudha
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.