Perajin Batu Bata Merah di Desa Mekar Sari, Masih Bertahan Ditengah Gempuran Bata Ringan

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 15:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MESUJI – Pengusaha perajin batu bata merah dari Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Raya, masih bertahan meskipun saat ini sudah banyak yang mulai menggunakan batu bata putih/bata ringan (Habbel). Ditemui disela-sela kesibukannya Yanto (45) menyampaikan pembuatan batu bata merah yang tergolong memakan waktu yang cukup lama tetap digeluti oleh sebagian penduduk Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, Sabtu (19/10/2024) .

Dapat dihitung rata-rata untuk pembuatan batu bata sejumlah 50.000-80.000 buah membutuhkan waktu minimal 2 bulan baru siap bakar. Proses pembakarannya sendiri kurang lebih memakan waktu 3 hari 3 malam tergantung jenis tanah yang digunakan dan tergantung cuaca saat pembakaran dimulai.

Dari tanah yang dikontraknya, Yanto berencana membuat batu bata merah sebanyak 400.000 buah. Dengan bantuan 15-20 orang, tanah yang luasnya kurang lebih 2.500 m2 ini dijadikan lahan pembuatan batu bata merah oleh Yanto. Tanah tersebut sudah dikontraknya dari 1,5 tahun yang lalu dan sudah menghasilkan puluhan ribu batu bata merah. “Dengan tanah yang tersisa mungkin masih bisa memproduksi batu bata lagi selama 2 tahun ke depan,”imbuhnya.

Baca Juga:  Kendalikan Inflasi, Pemkab Mesuji Gelar Operasi Pasar Murah di Pasar Simpang Pematang 

Kendala yang dihadapinya berupa kegagalan saat pembakaran, bahkan pernah mengalami kegagalan dari 40.000 buah batu bata yang dibakar, hanya terdapat 15.000 buah yang bisa dijual. Kendala seperti itu akan memakan biaya untuk pembelian kayu bakar sebanyak 2 kali. Faktor cuaca dan jenis tanah yang digunakan juga mempengaruhi produksi batu bata merah.

Untuk tanah yang tergolong baik, akan membutuhkan lebih lama dalam proses pembakaran dibandingkan dengan tanah yang mengandung sampah seperti pasir yang bercampur saat hujan turun. “Saya juga pernah tertipu dengan pembeli yang pesan batu bata saya. Sudah jauh-jauh mengantar ke tujuan, tapi yang pesan tidak ada di tempat itu. Itu kerugian yang cukup banyak”, tambah Yanto sambil melemparkan senyum ke pekerja lainnya.

Dengan jumlah 20 orang yang membantunya, minimal Yanto menghasilkan 120.000 buah batu bata merah, penjualannya pun sampai ke luar Kabupaten Mesuji. Pembeli batu batanya paling jauh dari Kabupaten OKI dan Tubaba. Dengan pengalamannya selama 5 tahun ini, Yanto mempunyai keinginan untuk punya pabrik sendiri, sehingga tidak perlu berpindah-pindah mencari tanah yang mau dikontraknya. Tapi untuk saat ini, yang terpenting adalah kebutuhan untuk sekolah anak-anak dan kebutuhan untuk keseharian keluarganya tercukupi.

Baca Juga:  Dekranasda Provinsi Lampung Tegaskan Komitmen Lestarikan Budaya dan Dukung UMKM Lokal

Terpisah Kepala Desa Mekar Sari, Sunardi mengatakan, bahwa sebagian besar masyarakat nya memang menggantungkan hidup dari usaha pengrajin bata merah. Menurutnya, saat ini di desa nya tercatat sudah ada 200 lebih pengrajin bata merah. Sehingga Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Raya, memang dikenal sebagai salah satu produsen Bata Merah di Kabupaten Mesuji.

“Dengan adanya para pengrajin bata merah ini saya sangat berterima kasih, karena bisa menyerap tenaga kerja lokal. Kendati hasilnya memang tidak seberapa hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, dengan adanya para pengrajin bata merah ini bisa menjadi sumber pencaharian masyarakat ditengah sulitnya perekonomian saat ini,”Ucapnya.##


Penulis : Nara


Editor : Ahmad


Sumber Berita : Kabupaten Mesuji

Temukan berita-berita menarik Lintas Lampung di Google News
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Berita Terkait

KPK OTT Wamenaker Diduga Kasus Pemerasan
Pemprov Lampung Dorong Literasi Digital Guru Lewat Program AI Goes to School
Anggaran Sektor Pangan Minimal 10 % Dari APBN
LPM UIN RIL Jaga Standar Mutu Layananan Dengan Audit 48 Prodi dan 3 UPT
Staf Khusus Menteri Agama Paparkan Konsep Ekoteologi dan Kurikulum Berbasis Cinta 
Pengelolaan Sampah Lampung Berbenah, Dari Open Dumping Menuju Sanitary Landfill*
R APBD 2026, Pemprov Lampung Targetkan Bayar ‘Hutang’ DBH Rp 1,3 T
Kuliah Umum di Unila, Ketua MPR RI Minta Perkuat Riset

Berita Terkait

Kamis, 21 Agustus 2025 - 14:09 WIB

KPK OTT Wamenaker Diduga Kasus Pemerasan

Kamis, 21 Agustus 2025 - 14:07 WIB

Pemprov Lampung Dorong Literasi Digital Guru Lewat Program AI Goes to School

Kamis, 21 Agustus 2025 - 09:15 WIB

Anggaran Sektor Pangan Minimal 10 % Dari APBN

Kamis, 21 Agustus 2025 - 08:43 WIB

LPM UIN RIL Jaga Standar Mutu Layananan Dengan Audit 48 Prodi dan 3 UPT

Kamis, 21 Agustus 2025 - 08:05 WIB

Staf Khusus Menteri Agama Paparkan Konsep Ekoteologi dan Kurikulum Berbasis Cinta 

Berita Terbaru

#indonesiaswasembada

KPK OTT Wamenaker Diduga Kasus Pemerasan

Kamis, 21 Agu 2025 - 14:09 WIB

#indonesiaswasembada

Pemprov Lampung Dorong Literasi Digital Guru Lewat Program AI Goes to School

Kamis, 21 Agu 2025 - 14:07 WIB

#CovidSelesai

Anggaran Sektor Pangan Minimal 10 % Dari APBN

Kamis, 21 Agu 2025 - 09:15 WIB

#indonesiaswasembada

LPM UIN RIL Jaga Standar Mutu Layananan Dengan Audit 48 Prodi dan 3 UPT

Kamis, 21 Agu 2025 - 08:43 WIB