Laporan : Rudi Alfian
LAMPUNG UTARA – Menjelang bulan Ramadhan tahun ini, sejumlah kebutuhan pokok di pasar tradisional Kabupaten Lampung Utara mulai mengalami kenaikan harga hingga seratus persen lebih.
Hal itu diungkapkan oleh para pedagang dipasar pagi Kotabumi saat wartawan harian momentum menyambangi pedagang kecil dilokasi. Salah satu pedagang disana, Sri Mulyani (52) mengatakan bahan pokok yang mengalami lonjakan harga lebih dari seratus persen terdapat pada Cabai dan sayur-mayur lainnya.
Harga cabai merah yang sebelumnya dikisaran Rp20 ribu rupiah, saat ini merangsek naik diangka Rp45 ribu per kilogramnya. Begitu pula cabai rawit, sebelumnya harga perkilo hanya Rp30 ribu, kini sudah diangka Rp45 ribu per kilogram. Sayur mayur seperti terong, kentang, tomat, wortel, juga ikut-ikutan naik. Hanya bawang merah dan bawang putih yang harganya masih dianggap normal, dikisaran harga Rp30 – Rp35 ribu rupiah per kilogramnya. Tak ketinggalan, harga telur ayam pun kini sudah diangka Rp25 ribu per kilogramnya.
“Cabai merah sekarang Rp45 ribu sekilo, tadinya cuma Rp20 ribu, Cabai rawit juga naik jadi Rp45 ribu dari Rp30 ribu sebelumnya. Harga sayuran seperti terong, wortel, kentang, tomat, semuanya ikut naik. Kalau bawang masih normal harganya,” terangnya saat diwawancarai awak media dilapak dagangannya, Rabu, (16/03).
Hal senada diakui oleh pedagang pasar lainnya, Lusi (48) yang mengeluhkan kenaikan drastis pada beberapa item barang kebutuhan pokok, dirinya harus memutar otak guna menjaga pelanggan agar tidak berpaling dengan cara menjual bahan pokok dengan keuntungan tipis. Selain itu, gula pasir pun kini harganya mulai berangsur naik, dan yang paling miris menurutnya adalah minyak goreng. Minyak goreng yang katanya sudah dijamin tidak akan susah mencari barangnya, ternyata hanya isapan jempol belaka. Ia harus rela mengantre berjam-jam demi mendapatkan minyak goreng 2 dus yang pembeliannya pun harus dipaketkan dengan berbagai barang yang tidak laku dipasaran.
“Sekarang ini minyak goreng yang susah, tadi dapat 2 dus minyak goreng ditoko, tapi harus sistem paketan dengan barang yang enggak laku dipasaran kalau mau belinya, modalnya saja sudah Rp230 ribu per dusnya, jadi terpaksa saja jual dengan harga diatas yang sudah ditetapkan pemerintah,” tuturnya.
Ia berharap pemerintah dapat menertibkan pedagang besar yang mencoba mengambil kesempatan untuk menjual barang-barang yang tak laku dipasaran dengan mendompleng minyak goreng sebagai senjata pamungkasnya dalam meraup keuntungan.
“Coba orang dinas itu turun, terus kalau kelapangan enggak usah pakai baju seragam atau ramai-ramai. Sekali-sekali nyamar jadi pembeli, biar tau fakta yang sebenarnya dilapangan,” ketusnya. ##
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.