Laporan : Yulizar
BANDAR LAMPUNG – Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung, Dr. Fathul Mu’in, menjadi khotib shalat Jumat di Masjid Baitur Rahmah, Gunung Sulah, Way Halim, Kota Bandar Lampung, Jumat, (6/10). Dalam kesempatan itu, dia mengungkapkan 4 karakter dan sifat Nabi Muhammad yang sangat agung.
“Saat ini kita berada di bulan Rabiul Awal, atau bulan Maulid, maka dari itu kita harus banyak bersyukur kepada Allah karena telah mengutus seorang nabi yang menjadi suri teladan yang mulia. Nabi diutus ke muka bumi ini tak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Anbiya ayat 107,” kata Dr. Fathul Mu’in di awal khutbahnya.
Menurut Fathul Mu’in, di antara sifat mulia Rasulullah adalah tergambar dalam surat At-Taubah ayat 128: Artinya, “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”
“Ayat ini menjelaskan 4 sifat dan karakter mulia nan agung dalam diri Nabi Muhammad, Azizun, Harishun, Raufun dan Rahimun,” ujarnya.
Khotib menjelaskan, Pertama, Azizun (berat terasa olehnya). Maksud dari Azizun yang memiliki arti berat terasa olehnya adalah bahwa semua kesengsaraan, kesusahan, kesedihan, dan hal-hal pahit lain yang dirasakan umat Islam juga dirasakan oleh Nabi Muhammad. Ia merasakan semua itu sebelum dirasakan oleh umatnya, bahkan semua waktu-waktu yang ia miliki hanya digunakan untuk memikirkan umatnya. Tidak hanya di dunia, Rasulullah juga selalu disibukkan dengan urusan-urusan umatnya ketika di akhirat.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab Tafsir wa Khawathir juz I, halaman 593, ketika semua umat manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Saat itu, terik matahari begitu panas, api neraka berkobar, hisab amal kebaikan dan keburukan tak kunjung selesai. Di saat yang bersamaan, semua manusia dalam keadaan yang sangat bingung. Satu persatu manusia meminta pertolongan kepada para Nabi, namun mereka enggan untuk memberikan pertolongan. Mereka justru sibuk dengan urusan nasibnya sendiri.
Akan tetapi, hal itu tidak dengan Rasulullah. Di tengah panasnya matahari dan kobaran api neraka yang terus membesar, ia justru bersujud kepada Allah dengan berkata “Allahumma ummati, ummati, ummati-Ya Allah, umatku, umatku, umatku” sambil menangis.
Melihat Rasulullah menangis dalam keadaan bersujud, Allah berkata kepada Malaikat Jibril, “Pergilan kepada Muhammad, kemudian tanyakan, apa penyebab ia menangis. ”Seketika itu malaikat Jibril langsung pergi untuk mendatangi dan menanyakan alasan Rasululah di balik keinginan dalam sujud dan tangisannya, ia menjawab, “Allah lebih tahu penyebab semua ini.” Mendengar jawaban Rasulullah, Jibril langsung menuju Allah untuk menyampaikan jawabannya. Setelah disampaikan, Allah berkata keada Jibril.
Artinya, “Maka katakanlah, ‘Sungguh, Kami (Allah) akan membuatmu ridha dalam masalah umatmu, dan Kami tidak akan menyakitimu.”
Kedua, Harishun (sangat menginginkan keimanan). Salah satu sifat mulia dalam diri Rasulullah adalah terdapat keinginan yang sangat besar agar semua umat manusia berada dalam keimanan dan cahaya hidayah, serta jauh dari semua bentuk kemusyrikan. Ambisinya yang sangat tinggi dalam mengajak manusia untuk memeluk ajaran Islam sangat tampak dari berbagai sepak terjangnya yang ia lewati. Misalnya, ketika rintangan datang silih berganti, permusuhan, fitnah yang bertebaran, serangan dan ancaman yang selalu berdatangan, tidak lantas mempengaruhi semangatnya dalam berdakwah dan melakukan upaya untuk menunukkan jalan yang benar kepada semua manusia.
Ketiga dan Keempat, Rauufun Rahimun (penyantun dan penyayang). Selain sifat-sifat luhur yang telah disebutkan, dalam diri Rasulullah juga terdapat sifat yang sangat mulia, yaitu sebagai sosok yang sangat penyantun dan penuh kasih sayang.
Imam al-Baghawi dalam tafsirnya Ma’alimut Tanzil mengutip salah satu pendapat ulama bahwa kasih sayang dan sikap santun Rasulullah tidak hanya kepada umat Islam yang taat saja, namun juga kepada mereka yang sering berdosa dengan banyak melakukan maksiat. Imam al-Baghawi mengatakan, “Dikatakan (bahwa Rasulullah) penyantun kepada orang-orang yang taat, dan penyayang kepada orang-orang yang berdosa.”
Itulah empat sifat mulia Rasulullah yang harus kita teladani bersama yang tergambar dalam surat At-Taubah. Nabi merupakan referensi yang sempurna bagi umatnya, dan menjadi contoh yang mulia bagi mereka yang hendak memperbaiki dirinya.
“Oleh karena itu, mari kita mulai berbenah diri untuk berubah menjadi orang-orang yang lebih baik dan lebih mulia dengan cara meneladani sifat-sifat Rasulullah dan mengikuti sunah-sunah beliau dalam kehidupan sehari-hari, memperbanyak solawat dan ikut menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin,” jelas Fathul Mu’in saat mengakhiri khutbah pertama. (*)
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.