Diketahui, BPS mencatat bahwa kenaikan kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 8,41 persen, kelompok pakaian dan alas kaki (3,09 persen), kelompok perumahan, air , listrik dan bahan bakar rumah tangga (2,68 persen), kelompok perlengkapan, perlengkapan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (5,41 persen) dan kelompok kesehatan (2,54 persen). Selanjutnya kelompok transportasi (18,47 persen), kelompok rekreasi, olahraga dan budaya (6,74 persen), kelompok pendidikan (3,85 persen), kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran (4,26 persen) dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (5,50 persen). Sementara kelompok yang mengalami penurunan indeks, adalah kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,21 persen.
“Kita perlu waspada, karena sebentar lagi akan tibanya natal dan kita akan menyambut tahun baru. Nah, biasanya berdasarkan pengalaman masa lalu, dalam menyambut atau merayakan dua hari besar tersebut akan ada dorongan permintaan yang menyebabkan angka inflasi akan meningkat. Belum lagi, jika terjadi resesi ekonomi yang diprediksi akan melanda dunia pada tahun 2023,” sambungnya.
Masih menurut Affandi, Kadin Sumsel menghimbau agar pemerintah melalui tim pengendali inflasi daerah (TPID) perlu mengantisipasi lonjakan angka inflasi ini. Dunia usaha akan menghadapi kesulitan, jika angka inflasi terus meningkat. Harga – harga barang dan jasa akan terdorong “NAIK”, daya beli (purchasing power) masyarakat akan turun. Kondisi ini kalau kita biarkan berlarut – larut akan mendorong produksi terhenti, jika produksi terhenti atau macet, maka akan berdampak pada PHK dan dampak ekonomi lainnya termasuk dampak sosial.
“Sekali lagi Kadin Sumsel mengajak pemerintah dan kita semua perlu waspada dengan angka inflasi Sumatera Selatan yang sudah mencapai 6,7 persen tersebut,” tuturnya.##
1 2
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.