Oleh: Yulizar K*
TAK dapat dipungkiri, peristiwa tangka tangan Karomani Cs merubah wajah ‘ ‘baik’ Universitas Lampung (Unila) dari tawa sumringah menjadi ‘kusam’ dan bahkan sebahagian orang menilai ‘buruk’.
Bisa jadi apa yang nampak memang menyakitkan. Tetapi, ibarat sebuah perjalanan kehidupan menjadi cerita menarik kelak dikemudian hari. Karena kehidupan memang sedianya diberi NYA dua keadaan. Manis pahit, sakit sehat, siang malam dan seterusnya.
Prilaku Karomani cs seharusnya menyadarkan banyak kita untuk mengerti akan hidup dan kehidupan. Banyak tradisi buruk yang segera ditinggalkan di lingkungan Unila. Budaya titip menitip yang konon sudah berlangsung lama hari ini harus dihentikan. Mahasiswa yang mendapat kursi di perguruan tinggi ini lebih ditentukan pada nilai maksimal, bukan didasarkan pada nilai-nilai subyektifitas.
Karomani cs memasuki fase baru dalam kehidupannya. Kita percayakan saja dengan proses hukum yang sedang dijalani ybs. Silahkan saja proses hukum memutuskan apa yang mesti mereka terima. Karena hemat saya, Karomani cs tamat!.
Unila hari ini sedang menuju berubah diri pasca peristiwa mengenaskan yang menimpanya. Unila menapaki hidup baru. Menteri Pendidikan-Mas Nadiem kembali diuji memperbaiki peguruan tinggi kebanggaan masyarakat Lampung ini.
Harapan kebanyakan, Mas Nadiem lebih cermat menentukan kemana suara Kementerian Pendidikan diberikan. Jangan “karena sesuatu” rasionalitas kebangsaan Mas Nadiem menjadi ‘terkungkung’-pilihan kemarin (Karomani), Mas Nadiem bertanggungjawab penuh!.
Membaca gestur kebanyakan alumni yang sempat saya amati, kebanyakan menginginkan alumni yang mimpin Unila. Adakah jaminan untuk tidak berprilaku seperti yang kemarin? Tidak ada yang bisa menjamin. Apalagi dalam kontek pemilihan semodel Unila yang belum ‘bersih’-konon masih ada karantina dlsb.
Ini masih dan lazim terjadi, karena sistem pendidikan, hukum dan perundang-undangan di negara kita masih jauh dari kata sempurna. Dan menggelitik pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD belum lama ini terkait politik bangsa.
“Saat biaya politik semakin mahal, elite juga semakin jelek karena sistem yang dibangun mendorong ke arah korupsi. Malaikat masuk ke dalam sistem Indonesia pun bisa jadi iblis juga.”
Diakhir catatan saya, saya hanya mengajak dan mengingatkan, kita bukan ‘pengadil’. Jadikan ‘keterpilihan Prof. Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., IPM. Dan Prof. Ir. Suharso, S.Si., Ph.D. sebagai ikhtiar Unila menuju ‘berubah’.
Karena sarat surut prosedur telah dilalui sesuai dengan aturan yang ada. Kalau saya boleh plesetkan pernyataan terbuka Opung LBP soal tangkap menangkap KPK, kurang lebih seperti ini; “Kalau mau bersih-bersih kesurga aja loh.”.
Dari pernyataan ini tergambar, masih disini Indonesia. Mudah-mudahan, kasus OTT Karomani cs menjadi i’tibar bagi kalangan pendidik bahwa prilaku tersebut tidak mendidik. Tabik.
*)Pemilik Media Mentari Sumatera dan Alumni Unila
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.