Perekonomian Indonesia Ditopang Domestik, Probabilitas Resesi Hanya 2%

Rabu, 3 Agustus 2022 | 16:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Laporan : Heri Suroyo

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, peluang Indonesia untuk masuk ke jurang resesi sangat kecil, hanya 3%.

Perekonomian Indonesia tetap kuat ditopang oleh indikator makro yang positif dan ditopang ekonomi domestik.

Berdasarkan leading indicator CEIC seperti keuangan moneter, pasar tenaga kerja dan industri, perekonomian Indonesia masih diperkirakan menguat. Bahkan Indonesia berada di bawah indikator 100, sehingga jauh dari sinyal resesi.

Tidak hanya akan minim resiko resesi, dengan berbagai indikator perekonomian yang positif di tengah ancaman krisis global maupun stagflasi, pemerintah optimis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan berada pada kisaran 5,3% hingga 5,9%.

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi kita di 2022 ini masih optimis di 5,2% dan diharapkan di 2023 kita bisa tingkatkan antara 5,3% hingga 5,9%,” kata Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini, Rabu (3/8).

Probabilitas Indonesia untuk masuk ke jurang resesi diakui sejumlah Ekonom sangat kecil. Menurutnya, jika dilihat dari dari indikator makro ekonomi, kondisi indonesia lebih baik di antara emerging market lain yang mengalami resesi seperti El salvador, Srilangka, Ghana, yang kondisinya ada tekanan.

“Utang kita ada peningkatan, terutama utang pemerintah, tetapi kita diimbangi windfall profit dari komoditas, ini blessing in disguise di kala negara lain bermasalah, karena kenaikan komoditas kita justru dapat extra,” kata Ekonom Bank BCA, David Sumual, Rabu (3/8).

Baca Juga:  Lampung Darurat Narkoba, Ujian Integritas APH [PR Buat Kapolda Baru]

Kekuatan ekonomi domestik adalah penopang perekonomian nasional. “Kita ekonomi 60% ditopang domestik, saya tidak khawatir ada resesi atau stagflasi global karena domestic economy kita besar sekali. Malah ini kesempatan untuk mendorong substitusi impor. Kalau ada barang yang sulit kita dapat,” ucap David.

Selain itu iklim investasi di Indonesia juga kian menggeliat. Semenjak pandemi, masyarakat mulai terbiasa dengan kebiasaan berinvestasi. “Saya lihat peranan domestik cukup baik, untuk SBN, perlu pendalaman finansial kepada masyarakat supaya terbiasa untuk investasi di pasar modal,“ kata David.

Meski begitu ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga momentum perekonomian nasional tetap positive, yaitu menjaga inflasi dan daya beli masyarakat, likuiditas valas juga stok pangan.

“Pasokan pangan dalam negeri, karena kita lihat harga pupuk meningkat ada kekhawatiran cuaca ada perkiraan banyak ahli bahwa kita akan masuk ke El Nino, karena tahun ini basah, tahun depan biasanya sekarang lebih kering. Pangan terutama beras harus bisa diperhatikan,” tandas David.

Hal senada diungkapkan Direktur Utama BRI Research Institute Anton Hendranata mengatakan, kemungkinan Indonesia mengalami resesi di 2023 hanya 2%.

“Indonesia kemungkinan resesi tahun 2023 hanya 2% dengan metode markov switching dynamic model. Hal tersebut karena perekonomian indonesia ditopang sangat kuat oleh permintaan domestik. Selain itu pasar financial dan valas indonesia cenderung robust dari gejolak eksternal dibandingkan masa lalu,” jelas Anton.

Baca Juga:  Tingkatkan Kompetensi Pekerja, HKA Gandeng Sumitomo Gelar Pelatihan Alat Berat

Komoditas Beras

Pakar pertanian dari IPB University Dwi Andreas Santosa mengungkap tidak ada persoalan terkait stok komoditas pangan domestik. Ia mengaku tidak melihat adanya indikasi kelangkaan atau kekurangan stok. Meski demikian, ia menekankan agar menjaga komoditas beras.

Peneliti CORE (Center of Reform on Economics) itu juga mengungkap pemerintah juga harus memperhatikan nasib dan kesejahteraan petani. Jika harga terlalu rendah, petani akan akan sangat menderita.

“Itu yang perlu menjadi fokus perhatian pemerintah. Jangan fokus terlalu kuat ke upaya menurunkan inflasi pangan. Lihat sajalah produsen pangan di Indonesia seperti apa nasibnya,” tambahnya.

Ia juga menekankan agar mewaspadai produksi beras nasional yang kini mendapati tren penurunan. Hal itu didasarkan kondisi dua tahun terakhir. Menurutnya, produksi padi seharusnya bisa melonjak tinggi karena adanya fenomena La Nina yang mendukung peningkatan produksi padi. Padahal, selama 20 tahun terakhir, La Nina selalu membuat produksi padi melonjak. ##

Temukan berita-berita menarik Lintas Lampung di Google News
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Berita Terkait

Fun Run “InsuRUNce 2025” Semarakkan Hari Asuransi Nasional di Bandarlampung 
Begawi Agung di Lampung Utara, Teguhkan Komitmen Pelestarian Adat dan Budaya Lampung di Tengah Tantangan Modernisasi dan Globalisasi
Targetkan Predikat LPH Utama, UIN Lampung Siap Menjadi Ekosistem Halal Global
Perubahan Kualifikasi LPH UIN, Prof Wan: Aktivitas Keseharian Kita Harus Halal
Polsek Simpang Pematang Bekuk Pelaku Curanmor Dengan 11 TKP
Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan 2025, Dorong Sinergi Pers dan Praktisi Kehumasan Bangun Kredibilitas Pemerintah di Masyarakat
JMSI Lampung Dukung Gubernur Mirza Bangun Jembatan Kepercayaan Antara Pemerintah dan Masyarakat
Raih Gelar Doktor Dengan Nilai cumlaude, Ariawan : Semoga dapat memberikan motivasi kepada teman” jurnalis lainya

Berita Terkait

Minggu, 19 Oktober 2025 - 14:09 WIB

Fun Run “InsuRUNce 2025” Semarakkan Hari Asuransi Nasional di Bandarlampung 

Minggu, 19 Oktober 2025 - 14:05 WIB

Begawi Agung di Lampung Utara, Teguhkan Komitmen Pelestarian Adat dan Budaya Lampung di Tengah Tantangan Modernisasi dan Globalisasi

Minggu, 19 Oktober 2025 - 05:24 WIB

Targetkan Predikat LPH Utama, UIN Lampung Siap Menjadi Ekosistem Halal Global

Minggu, 19 Oktober 2025 - 05:18 WIB

Perubahan Kualifikasi LPH UIN, Prof Wan: Aktivitas Keseharian Kita Harus Halal

Minggu, 19 Oktober 2025 - 00:47 WIB

Polsek Simpang Pematang Bekuk Pelaku Curanmor Dengan 11 TKP

Berita Terbaru

#CovidSelesai

Polsek Simpang Pematang Bekuk Pelaku Curanmor Dengan 11 TKP

Minggu, 19 Okt 2025 - 00:47 WIB