LAMPUNG UTARA – Proyek rehabilitasi dan normalisasi daerah irigasi (DI) Way Merah dan Way Tirta Sinta sepanjang lebih dari 4 kilometer di klaim tidak menggunakan material batu belah yang sudah ada sebelumnya di lokasi.
Hal itu dikatakan pengawas lapangan PT Brantas Abipraya, Irfan Hisan saat bertemu Camat Kotabumi Utara, Apri Yanto dan Kepala Desa Wonomarto, Waskito Yusika di lokasi proyek.
Irfan Hisan membantah tudingan menggunakan material bekas, sebab dalam pengerjaan proyek tersebut ada beberapa spot yang memang harus dipasang baru, meski sebagian besarnya merupakan pekerjaan rehab. Dirinya mengaku sudah mendatangkan material batu belah dan sudah ditumpuk diberbagai titik pengerjaan rehabilitasi irigasi.
“Pekerjaan ini di sub-kontrak kan lagi pak. Saya pengawasnya. Tidak boleh menggunakan material batu yang sudah ada di lokasi, karena kita mendatangkan material batu belah yang baru,” jelasnya, Senin, 24 November 2025.
Memang dalam pengiriman material, kata dia, dilakukan secara berkala. Sehingga material batu belah cepat habis, dan akan segera dikirim kembali.
Proyek dengan panjang penanganan rehabilitasi hampir lima kilometer terbagi di Way Merah sepanjang 2 kilometer, sedangkan Way Tirta Sinta hampir mencapai 3 kilometer tersebut diakuinya masih dalam tahap penyelesaian dengan tetap memperhatikan mutu kualitas pekerjaan.
“Proyek ini rehab dan ada juga yang pemasangan baru. Pasang baru kira-kira 1 kilometer, sedangkan sisanya yang rehab,” ujarnya.
Kendati demikian, banyak pihak meragukan kualitas pasangan drainase (irigasi) yang terkesan asal jadi.
Bahkan, konsultan supervisi terkesan tutup mata atas dugaan penggunaan material lama yang disinyalir jadi ajang korupsi pada anggaran Rehabilitasi Daerah Irigasi di lokasi setempat.
Sebab, dalam proses pengerjaan didapati informasi bahwa pada pasangan batu mortar tipe N semi mekanis dengan volume 1.609 dan plesteran kekuatan mortar tipe S 12,5 Mpa.
Tak hanya itu, pada pengecoran pihak pelaksana diintruksikan untuk menggunakan mutu beton sedang Fc’20 secara semi mekanis.
Pada pekerjaan itu juga, sebelum tahap pengerjaan rehab, pihak rekanan harus melakukan pembersihan lahan/tebas tanaman yang nilainya mencapai puluhan juta rupiah.
Pekerjaan bongkaran pasangan batu (lama) sepanjang 1 kilometer lebih secara manual juga dianggarkan hingga puluhan juta rupiah.
Bahkan, pada pekerjaan rehabilitasi tersebut pihak penyedia jasa harus mengerjakan galian tanah biasa manual sepanjang 3 kilometer yang diasumsikan merupakan galian endapan lumpur pada jaringan irigasi dengan nilai mencapai ratusan juta rupiah. Meski pada pelaksanaannya diduga tak semua dikerjakan.
Camat Kotabumi Utara, Apri Yanto kepada awak media mengaku baru mendengar ada proyek strategis (Inpres) di wilayah kerjanya yakni proyek rehabilitasi daerah irigasi di Way Merah dan Tirta Sinta setelah adanya pemberitaan mengenai proyek yang diduga asal-asalan.
“Kami mengetahui proyek ini justru dari berita kawan-kawan media. Makanya saya kaget ada proyek ini,” kata Camat.
“Kami tidak mau masuk ke ranah teknis, tapi secara kasat mata kami tahu lah mana pekerjaan yang baik dan mana yang buruk. Tapi bukan ranah kamu untuk masuk kesitu,” sindirnya.
Pihaknya hanya meminta agar proyek tersebut bisa bermanfaat bagi para petani yang kebetulan saat ini tengah beralih komoditas dari singkong (ubi kayu) ke jagung dan padi.
Dirinya menegaskan jangan sampai petani yang tengah menanam padi terdampak tanamannya akibat kekeringan selama proyek berlangsung.
Sebab, selama proyek berlangsung diakuinya pihak pelaksana minim akan sosialisasi kepada para petani.
Padahal, sambung dia, jika koordinasi itu berjalan baik antara pelaksana dengan pihak kecamatan dan desa, petani bisa berikan pemahaman dan diberikan solusi agar tanaman tetap terawat, meski suplai air agak terhambat selama proyek berlangsung.
“Kami berharap sebagai penerima manfaat hasil pembangunan bisa bertahan lama dan dapat dimanfaatkan petani secara maksimal. Jangan sampai baru sebulan dua bulan selesai sudah rusak lagi,” tegasnya.
Hal senada dikatakan Kades Wonomarto, Waskito Yusika, dirinya sempat merasa dibohongi oleh pihak pelaksana saat akan melaksanakan sosialisasi yang dijanjikan akan bertemu tatap muka dengan para warga dan petani desa setempat.
“Sempat kita mau kumpul sosialisasi, kita sudah kumpulkan petani dan warga setempat tapi pihak pelaksana malah enggak datang,” tuturnya.
“Tiba-tiba pas mulai pekerjaan juga enggak ada konfirmasi, tau-tau sudah mulai kerja. Beberapa warga yang punya sawah disekitar sini gelabakan, banyak yang komplain karena tidak ada koordinasi tiba-tiba air irigasi di tutup,” timpalnya lagi.
Dirinya berharap, tanaman padi milik petani setempat tetap bisa bertahan hingga masa panen, karena saat ini tanaman padi masih dalam tahap pertumbuhan dan mengeluarkan biji padi.
“Mudah-mudahan saja tidak berdampak, dan tanamannya bisa selamat sampai panen. Semoga pekerjaannya cepat selesai, dan petani tidak lagi risau,” tandasnya.
Penulis : Romy
Editor : Desty
Sumber Berita : Lampung Utara
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.













