Apalagi, tambah dia, ada cadangan sekitar 1 juta ton beras sehingga ketersediaan beras hingga Lebaran terjamin.
Selain itu, ujar Ketut Astawa, komoditas jagung sudah mulai panen di beberapa daerah sehingga harga jagung lebih terjangkau.
Pasokan kedelai terbilang cukup, sedangkan impor bawang putih juga masih berlangsung untuk menjaga ketersediaan di pasar.
Ketut Astawa memperkirakan harga cabai akan berfluktuasi. Harga cabai besar diperkirakan naik, karena petani cabai di Jawa Timur waktu panennya mundur dari jadwal.
Sedangkan harga telur dan daging ayam ras, jelas dia, akan mengalami kontraksi karena terjadi peningkatan permintaan yang dibarengi dengan peningkatan harga pakan ayam.
Ketut Astawa berharap ada jaminan kecepatan dan kelancaran dalam pelaksanaan gerakan pangan murah di setiap daerah, mengoptimalkan penggunaan anggaran untuk memfasilitasi dan pendistribusian pangan ke sejumlah daerah yang mengalami defisit pangan.
Guru Besar Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bustanul Arifin berpendapat tantangan terberat pada 2024 ini adalah bagaimana kita mewujudkan kinerja ekonomi makro dan pertanian dengan baik.
Fenomena kenaikan harga bahan pokok jelang Ramadan dan Lebaran, ujar Bustanul, merupakan gambaran dari timpangnya antara pertumbuhan pertanian dan ekonomi kita.
Bila pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,05%, ujar Bustanul, pertumbuhan sektor pertanian nasional hanya 1,3%. Pengaruh El Nino, tegasnya, ikut menekan pertumbuhan sektor pertanian dan mengerek harga komoditas pertanian.
Menurut Bustanul harga beras yang terkerek naik tidak bisa hanya diatasi dengan impor semata, permasalahan di sektor distribusi juga harus segera diperbaiki.
Apalagi, tambah dia, negara eksportir beras seperti India menjelang Pemliu pada Mei mendatang pemerintahnya melarang ekspor beras untuk menahan harga beras di dalam negerinya tetap terjangkau.
Bustanul memperkirakan harga beras tidak akan kembali ke Rp12. 000 per kilogram, tetapi akan terjadi keseimbangan baru.
Pada kesempatan itu, wartawan senior, Saur Hutabarat berpendapat, dalam jangka pendek untuk kebutuhan Ramadan ketersediaan beras kemungkinan tidak ada masalah.
Namun, ujar Saur, untuk jangka panjang India dengan populasinya yang tumbuh 0,9% memiliki kewajiban di dalam negerinya untuk memperkuat pasokan pangannya.
Menurut Saur, Indonesia harus mempersiapkan diri dengan bijaksana, jangan sampai kebijakan di sektor pangan nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Apalagi, tegasnya, pemerintah ada rencana memberi makan gratis kepada masyarakat. “Harus dipikirkan berasnya dari mana?” pungkas Saur. (*)
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.