Prof. Wan Jamaluddin Z, Ph.D, Rektor UIN Raden Intan Lampung
Musim haji tahun 2023 M/ 1444 H sudah dimulai. Sebanyak 221 ribu umat Islam Indonesia menunaikan rukun Islam yang ke lima dengan penuh suka cita, baik yang muda maupun yang sudah lanjut usia. Saat ini, jamaah sudah banyak yang tiba di kota suci dan ada pula yang masih bersiap menunggu keberangkatan. Dari penyelenggaraan ibadah haji sebelumnya, pelaksanaan ibadah haji tahun ini sedikit berbeda dan penuh tantangan, mengingat jumlah jemaah haji lansia tahun ini cukup signifikan yakni mencapai 67.199 orang.
Jumlah ini terdiri atas empat kategori, yaitu kategori ppertama sebanyak 380 orang dengan usia jemaah 95 tahun ke atas. Kedua, sebanyak 6.594 orang dengan usia 86–95 tahun. Ketiga, sebanyak 12.559 orang berusia 76–85 tahun dan kategori keempat sebanyak 47.666 orang berusia 65–75 tahun. Karena jumlah lansia yang cukup banyak, dalam musim haji tahun ini kementerian agama mengangkat tema “Haji Ramah Lansia”. Haji Ramah Lansia 2023 membuat para lansia tersenyum karena bisa berangkat haji setelah tertunda akibat kebijakan pandemi covid-19 yang hanya memperbolehkan jamaah yang berusia di bawah 65 tahun..
Ketulusan Hati
Kebijakan haji ramah lansia ini patut diapresiasi. Hal ini menujukkan pemerintah, dalam hal ini kementerian agama dibawah kepemimpinan Gus Menteri, H Yaqut Cholil Qoumas sangat peduli terhadap lansia demi bisa menunaikan panggilan Allah yang tentunya sudah mereka rindukan puluhan tahun lalu. Kebijakan ini juga sebagai bentuk bahwa negara hadir untuk semua elemen bangsa, bahwa haji tidak hanya untuk yang muda dan kuat fisiknya, melainkan juga untuk yang lansia yang sudah menunggu sekian lama untuk menunaikan ibadah di tanah suci.
Kebijakan haji ramah lansia ini menegaskan bahwa Negara tidak membeda-bedakan masyarakat dalam menunaikan ibadah haji. Semua memiliki hak yang sama untuk menunaikan ibadah. Tinggal selanjutnya adalah bagaimana petugas haji bisa menjalankan tugas dengan sebaik-sebaiknya dalam memberikan layanan secara maksimal kepada para jamaah, sebagaimana yang dipesankan oleh Menteri Agama.
Dalam menyukseskan haji ramah lansia ini, Gus Menteri sudah mengingatkan tentang pentingnya menjadi problem solver. Petugas haji harus mampu menjadi menjadi problem solver atas beragam persoalan yang dihadapi Jemaah, karenanya, para petugas haji untuk menjaga sikap dan tidak berulah sehingga menimbulkan masalah. Kemudian, petugas haji harus sabar dalam Bertugas.
Menteri Agama berpesan agar petugas sabar dalam menjalankan tugasnya, sabar adalah kunci kesuksesan dan keberhasilan. Bahwa melayani lansia harus sabar. Selanjutnya adalah bekerja dalam tim. Para petugas haji hendaknya bekerja secara teamwork, mewujudkan cita bersama, memberikan layanan terbaik kepada para jemaah haji.
Para petugas haji juga juga perlu terus berkolaborasi untuk memberikan layanan kepada jemaah lansia serta membangun kepedulian antar jemaah haji. Sehingga, jemaah yang masih kuat tenaga dan fisiknya, mau membantu jemaah lansia di sekitarnya. Petugas haji tahun ini menjadi salah satu kunci sukses penyelenggaraan ibadah haji. Maka dari itu, mereka harus benar-benar sabar dan tulus dalam bertugas, khususnya melayani lansia yang menjadi tamu Allah. Melayani Jamaah haji sepenuh hati, sama dengan melayani tamu Allah SWT. Siapa yang melayani mereka, berarti telah memuliakan Allah. Maka dari itu, para petugas haji harus benar-benar bisa melayani jamaah haji dengan penuh ketulusan lahir dan bathin.
Berbagai inovasi layanan juga terus dilakukan oleh Kementerian Agama dalam rangka membantu jamaah haji lansia. Salah satunya adalah keberadaan klinik satelit yang berada di setiap hotel karena sangat bermanfaat bagi jemaah haji khususnya lansia. Karena, jamaah haji lansia memang perlu ada layanan kesehatan yang dekat dengan mereka sehingga dibuatlah layanan kesehatan satelit. Keberadaan klinik yang beroperasi selama 24 jam tersebut memudahkan jamaah untuk memeriksakan kesehatan. Bahkan jamaah dapat memeriksa tensi usai pulang dari masjid. Klinik satelit yang diisi oleh dokter kloter itu, dapat dijadwal secara bergantian untuk memeriksa jamaah dari kloter yang lain. Begitu juga inovasi-inovasi lainnya yang dilakukan oleh kementerian agama dalam menyukseskan haji tahun 2023.
Haji Mabrur
Ibadah haji merupakan ibadah wajib yang istimewa karena menggabungkan finansial dan fisik. Oleh karena itu, seluruh umat Islam yang melaksanakan ibadah ini ingin meraih haji mabrur. Dari sisi bahasa, al mabrur adalah isim maf’ul dari akar kata al birru. Al birru itu artinya kebaikan atau kebajikan. Dengan demikian, al hajjul mabruru artinya haji yang diberikan kebaikan dan kebajikan. Dari sisi istilah, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah, kemudian berdampak pada kebaikan diri, serta bermanfaat bagi orang lain. Oleh karenanya, al hajjul mabrur sebagai impian dari orang yang melaksanakan jemaah haji itu melalui tahapan. Mabrur tidak datang tiba-tiba. Tetapi harus diusahakan, mulai dari sebelum, saat, dan setelah pelaksanaan ibadah haji.
Untuk meraih haji mabrur harus dipersiapkan dengan memahami fikih haji, melaksanakan yang diwajibkan dan disunahkan serta meninggalkan yang dilarang. Lalu, bagaimana kiat guna meraih kemabrurannya? Pertama, niat ikhlas karena Allah. Bahwa, ibadah haji jangan sampai bertujuan supaya menaikkan prestise sosial dengan panggilan Pak Haji maupun Bu Hajah, melainkan hanya dilakukan karena Allah. Hal ini sejalan dengan hadis Nabi “Sesungguhnya (sahnya) amal sangat ditentukan niatnya”.
Niat ikhlas haji karena Allah sudah tergambar dalam redaksi talbiyah “Kami penuhi panggilanMu wahai Allah, kami penuhi panggilanMu, Kami penuhi panggilanMu, tiada dzat yang menyekutukanMu, aku penuhi panggilanMu, Sesungguhnya semua pujian, kenikmatan dan kerajaan hanya milikMu, tidak ada dzat yang menyekutukanMu. Redaksi talbiyah ini menegaskan bahwa haji hanya memenuhi panggilan Allah, bukan panggilan nafsu, iblis, dan dorongan negatif lainnya. Haji semakin meneguhkan keyakinan muslim bahwa semua asesoris dunia bukan milik manusia, tapi hanya dalam genggaman kekuasan Allah.
Kedua, tawadhu atau rendah hati. Dalam melaksanakan ibadah haji, hindari sifat takabur atau sombong, riya atau memamerkan diri pada orang lainnya. Tawadhu dengan mau mendengar pandangan orang lain, suka bermusyawarah dan tidak memaksakan kehendak. Tawadhu akan memudahkan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan dalam melaksanakan ibadah haji karena Allah.
Ketiga, meningkatkan amal ibadah. Pelaksanaan amal perbuatan yang sah secara syar’i, belum tentu diterima. Sesuatu itu sah atau tidak, dapat diukur dengan ketentuan fikih haji. Persoalan apakah diterima atau tidak, itu otoritas Allah swt. Nah, haji mabrur terkait dengan otoritas Allah. Kemabruran dapat dilihat dari aktivitas seseorang setelah melaksanakan ibadah haji yakni terpancar kebaikan dan keistikomahan saat di tanah air. Terakhir, semoga saudara-saudara kita yang saat ini tengah beribadah di tanah suci menjadi haji yang mabrur dan semoga Allah memberikan kelapangan riski bagi saudara-saudara kita yang belum berhaji agar bisa berangkat haji tahun depan maupun pada tahun-tahun yang akan datang. (*)
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.