UIN Raden Intan Lampung Siap Terapkan Kurikulum Berbasis Cinta

Rabu, 10 September 2025 | 10:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

LAMPUNG UTARA- Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) melalui Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI sosialisasikan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Kegiatan yang berlangsung di Gedung Pusiban, Kotabumi Selatan, Lampung Utara, Selasa (9/9/2025), sebagai salah satu langkah penerapan KBC.

Direktur KSKK Madrasah Ditjen Pendis, Prof. Dr. Hj. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., memaparkan pentingnya Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai bagian dari upaya membentuk karakter generasi masa depan. Hal ini disampaikan langsung pada sosialisasi tersebut.

Menurutnya, KBC merupakan gagasan yang lahir dari kegelisahan Menteri Agama atas dua persoalan besar bangsa saat ini, yakni krisis kemanusiaan dan kerusakan lingkungan.

Prof. Nyayu menjelaskan, krisis kemanusiaan menjadi perhatian serius karena nilai-nilai kemanusiaan mulai terkikis. Ia mencontohkan konflik, diskriminasi, hingga kasus kekerasan dan perundungan yang bahkan terjadi di tingkat madrasah. Kondisi ini, kata dia, menjadi sumber keresahan Menteri Agama.

“KBC ini genuine dari Menag sebagai harapan bagi generasi muda, khususnya siswa madrasah. Harapannya, pada 2045 mereka bisa menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas sosial dan emosional,” ujarnya.

Selain itu, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai daerah juga menjadi latar belakang penting lahirnya KBC. Menurutnya, bencana alam yang semakin sering terjadi sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia yang kehilangan rasa cinta dan empati terhadap alam. “Karena tidak ada nilai cinta di dalam hati, manusia tak lagi memandang alam dan sesama makhluk hidup dengan kasih sayang,” jelasnya.

Dalam paparannya, Prof. Nyayu menekankan bahwa inti ajaran agama adalah cinta. Ia mengutip makna mendasar dari Al-Qur’an. “Al-Fatihah diperas menjadi Bismillahirrahmanirrahim, dan jika diperas lagi intinya adalah Ar-Rahman, yakni cinta dan kasih sayang,” ucapnya.

Baca Juga:  Cegah Tindak Kejahatan, Polres Mesuji Lakukan Patroli Dialogis 

Ia menambahkan, guru agama memiliki peran besar dalam menanamkan nilai cinta ini agar pembelajaran tidak hanya sekadar indoktrinasi, tetapi membentuk karakter religius.

KBC yang digagas Kementerian Agama merumuskan Panca Cinta di antaranya, cinta kepada Allah dan Rasul, cinta ilmu pengetahuan, cinta lingkungan, cinta diri dan sesama, serta cinta tanah air.

Ia menjelaskan, kelima nilai ini sudah termaktub dalam ajaran agama. Namun, praktik pendidikan agama selama ini cenderung berorientasi pada indoktrinasi semata, bukan pembentukan karakter religius.
Ia kemudian menguraikan lima dimensi religiusitas yang menjadi tolok ukur seseorang beragama secara utuh. Pertama, dimensi keimanan, yakni keyakinan dalam hati, diucapkan melalui lisan, dan diwujudkan lewat perbuatan. Kedua, dimensi pengetahuan, sebab beriman saja tidak cukup tanpa pemahaman yang memadai. Ketiga, dimensi penghayatan atau spiritual, yakni sejauh mana seseorang benar-benar menginternalisasi apa yang ia ketahui. Keempat, dimensi peribadatan, yang tampak dari pelaksanaan shalat, zakat, dan ibadah lainnya. Kelima, dimensi pengamalan, yakni perilaku sehari-hari yang mencerminkan dirinya sebagai seorang yang beragama.
“Sayangnya, guru agama saat ini umumnya hanya menyentuh tiga dimensi, sementara dimensi penghayatan sering kali tidak tersentuh,” ujar Prof. Nyayu. Karena itu, menurutnya, KBC merupakan sesuatu yang sangat urgen untuk disampaikan.
Menurutnya, keberhasilan KBC tidak hanya ditentukan oleh guru agama, tetapi juga seluruh warga madrasah. Kepala sekolah, guru mata pelajaran lain, hingga tenaga kependidikan seperti penjaga sekolah dan petugas kebersihan, semuanya memiliki peran.

Baca Juga:  UIN Raden Intan Lampung Pamerkan Karya Ilmiah, Jurnal, dan Produk Inovasi di AICIS+ 2025

“KBC tidak dimaksudkan mengganti kurikulum nasional, melainkan mengisi ruang kosong dalam aspek emosional. Guru yang baik adalah yang memperlakukan peserta didik layaknya anaknya sendiri, penuh empati, toleran, inklusif, dan penuh kasih sayang,” pungkasnya.

Menurutnya, indikator keberhasilan KBC bukan diukur dari nilai akademik, melainkan dari tiga ciri utama, yaitu terwujudnya madrasah ramah lingkungan, madrasah ramah anak, serta terciptanya kesejahteraan siswa, baik secara mental maupun spiritual.

“KBC adalah cita-cita besar. Inisiasi ini lahir dari cinta Menteri Agama untuk anak-anak Indonesia, disusun dengan cinta, dan semoga diimplementasikan dengan cinta pula,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. Idrus Ruslan, M.Ag., dalam sambutannya menyambut baik hadirnya KBC sebagai bagian dari upaya menyiapkan pemimpin masa depan. Ia menyampaikan bahwa UIN Raden Intan Lampung siap menerapkan KBC ini.

Prof. Idrus menekankan bahwa keberagaman etnis, budaya, dan agama adalah ciptaan Yang Maha Kuasa yang harus dihargai. “Melalui KBC, kita berharap lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama, sekalipun berbeda latar belakang,” ungkapnya.

Sosialisasi KBC ini juga menghadirkan Tim Pengembangan Kurikulum Berbasis Cinta dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Dr. Rudi Susilana, M.Si., dan Dr. Rusman, M.Pd., sebagai narasumber. Kegiatan diikuti oleh 250 guru madrasah dan pondok pesantren dari Lampung Utara.


Penulis : Rudi Alfian


Editor : Romy Agus


Sumber Berita : Lampung Utara, UIN RIL

Temukan berita-berita menarik Lintas Lampung di Google News
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Berita Terkait

Bunda PAUD Lampung Batin Wulan Raih Penghargaan Nasional: Komitmen Nyata untuk Anak Usia Dini
Pangan Ultra Proses dan Perubahan Paradigma Konsumen
Dorong Layanan Kesehatan Masyarakat, Pemprov Lampung Perkuat CKG, Imunisasi, dan BPJS Kesehatan
Lampung Fest 2025, Sinergikan Kopi dan Pariwisata untuk Dongkrak Ekonomi Lampung
Wagub Jihan Nurlela Buka Rakor Kesehatan 2025: Tegaskan Pentingnya Program CKG dan Optimalisasi Keaktifan Peserta BPJS
DWP Provinsi Lampung Gelar Sosialisasi E-Reporting untuk Tingkatkan Akuntabilitas dan Kinerja Pelaporan
Sinergi Pemprov, Kejaksaan, dan Kemenkop UKM Perkuat Ekonomi Desa lewat Koperasi Merah Putih Mitra Adhyaksa
Peringati HKN ke-61, Wagub Jihan Dorong Insan Kesehatan Lampung Perkuat Transformasi Layanan

Berita Terkait

Kamis, 13 November 2025 - 14:04 WIB

Bunda PAUD Lampung Batin Wulan Raih Penghargaan Nasional: Komitmen Nyata untuk Anak Usia Dini

Kamis, 13 November 2025 - 12:47 WIB

Pangan Ultra Proses dan Perubahan Paradigma Konsumen

Kamis, 13 November 2025 - 11:09 WIB

Dorong Layanan Kesehatan Masyarakat, Pemprov Lampung Perkuat CKG, Imunisasi, dan BPJS Kesehatan

Kamis, 13 November 2025 - 11:06 WIB

Lampung Fest 2025, Sinergikan Kopi dan Pariwisata untuk Dongkrak Ekonomi Lampung

Rabu, 12 November 2025 - 16:29 WIB

Wagub Jihan Nurlela Buka Rakor Kesehatan 2025: Tegaskan Pentingnya Program CKG dan Optimalisasi Keaktifan Peserta BPJS

Berita Terbaru

#indonesiaswasembada

Pangan Ultra Proses dan Perubahan Paradigma Konsumen

Kamis, 13 Nov 2025 - 12:47 WIB