KETEGANGAN di Semenanjung Korea terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir, memicu kekhawatiran akan ancaman stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut.
Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea, DR. Teguh Santosa, mengatakan prihatin dengan konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Terlebih baru-baru ini Seoul diduga menyusupkan drone pembawa selebaran propaganda ke ibu kota Pyongyang.
Kemudian Korea Utara, sebagai upaya melindungi kedaulatannya, menutup seluruh jalur penyeberangan yang menghubungkan perbatasan mereka dengan Korea Selatan.
“Saya menyayangkan perkembangan yang semakin memanas di Semenanjung Korea, terutama terkait konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan,” ujar doktor hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran itu dalam pernyataan kepada redaksi pada Jumat, 18 Oktober 2024.
Menurut Teguh, konflik yang kian memanas di antara dua Korea tidak bisa dibiarkan. Terutama setelah Pyongyang sebagai pihak yang merasa terancam, mendeklarasikan Seoul sebagai negara musuh. Perkembangan ini tentunya juga akan semakin mempersempit peluang reunifikasi.
Oleh sebab itu, Teguh mendorong agar semua pihak kembali ke koridor pembicaraan damai yang sudah lama terhenti, guna memastikan terciptanya stabilitas dan keamanan kawasan.
“Diplomasi dan dialog terbuka adalah kunci untuk menyelesaikan konflik ini secara damai dan memastikan keamanan di Semenanjung Korea serta kawasan Asia Timur,” kata Teguh.
Dia juga mendesak agar Korea Selatan dan Amerika Serikat menurunkan tekanan militer untuk mencegah peningkatan eskalasi dengan Korea Utara.
“Saya mendesak Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk mengurangi tekanan militer yang ditujukan kepada Korea Utara, karena tindakan semacam itu hanya akan meningkatkan risiko konfrontasi langsung,” tegasnya.
Korea Utara pada 11 Oktober menuduh Korea Selatan melakukan pelanggaran udara dengan menerbangkan pesawat nirawak (drone) yang membawa pesan propaganda di atas langit Pyongyang. Dikatakan bahwa drone itu mulai membawa selebaran propaganda ke Pyongyang pada 10 Oktober.
Korea Utara mendesak masyarakat internasional untuk mengutuk aktivitas militer Korea Selatan yang terus mengancam stabilitas kawasan.
“Masyarakat internasional harus mencela dengan keras keberanian Republik Korea (Korea Selatan), yang terus-menerus meningkatkan bahaya konflik militer di kawasan tersebut sambil tanpa ragu melakukan provokasi yang sulit dipertahankan akibatnya,” kata Kementerian dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kantor Berita Resmi KCNA.
Seoul membantah menerbangkan drone tersebut. Tetapi mengadakan latihan artileri roket di dekat perbatasan Korea pada Kamis malam, 17 Oktober 2024.
Keesokan harinya, pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un menegaskan kembali bahwa Korea Selatan kini telah menjadi negara musuh dan menutup seluruh perbatasan guna mengantisipasi kemungkinan invasi dari Seoul.
Penulis : Anis
Editor : Fidhela Alvita
Sumber Berita : Seoul, JMSI
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.