Laporan : Anis
BANDAR LAMPUNG – Pilkada serentak di Provinsi Lampung diprediksi akan diwarnai dengan kandidat yang hanya akan melawan kotak kosong. Pilkada model ini diprediksi bakal menurunkan partisipasi pemilih.
Pengamat Politik UIN Raden Intan Lampung, Dr. Fathul Mu’in mengatakan, fenomena kotak kosong ini terjadi karena memang petanana cukup populer atau memang ada yang membeli tiket partai lebih sehingga tidak ada kesempatan kandidat lain. “Pilkada kotak kosong juga bisa disebabkan karena egoisme dan sifat partai politik yang hanya ingin menang bukan karena ingin memperjuangkan ideologi maupun program yang pro rakyat,” kata Fathul Mu’in, Selasa (30/7).
Menurut Pegiat Lampung Democracy Studies tersebut, fenomena melawan kotak kosong pada Pilkada serentak merupakan bentuk kemunduran demokrasi. Masyarakat juga dirugikan karena minimnya tokoh alternatif yang maju sebagai calon kepala daerah. Fenomena ini juga dapat mencederai harapan masyarakat yang menginginkan agar proses Pilkada harus memiliki lawan politik yakni minimal dua pasangan calon. “Partisipasi masyarakat juga akan menurun,” ujarnya.
Sekretaris Program Studi Hukum Tatanegara tersebut menambahkan, masyarakat menganggap bahwa kotak kosong itu bukan pilihan, tapi sesuatu yang dipaksakan, sehingga potensi masyarakat untuk tidak menggunakan hak pilih cukup tinggi. “Padahal semakin banyak figur yang muncul akan semakin banyak pilihan masyarakat untuk mencari pemimpin yang mendekati ideal,” kata doktor muda tersebut. Ia juga menyesalkan perilaku pemilih yang memilih pemimpin karena figuritas. Hal ini seringkali dimanfaatkan oleh figur yang memiliki finansial kuat untuk maju dalam pilkada dan memborong partai politik. (*)
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.