Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Momentum ‘Perfect Storm’ Global untuk Tarik Investasi

Rabu, 28 September 2022 | 20:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Laporan : Heri Suroyo

JAKARTA – Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai Indonesia harus bisa memanfaatkan momentum perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja. Ekonomi dunia diprediksi menghadapi perfect storm akibat resesi global serta krisis pangan dan energi.

“Memanfaatkan momentum. Sayangnya selama ini, kita suka telat memanfaatkan momentum,” ujar Yose.

Momentum itu harus dimanfaatkan Indonesia untuk menarik investasi ke Indonesia. Untuk itu, Indonesia harus menjaga iklim investasi dan usaha tetap kondusif di tengah ketidakpastian global.

“Harus konsisten melakukan perbaikan iklim usaha dan iklim investasi, sehingga Indonesia punya daya tarik, daya saing lebih di antara negara-negara yang saat ini sedang bermasalah,” kata Yose Rizal, Rabu (28/9).

Sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia baik pemerintah maupun masyarakat, untuk mewaspadai besarnya dampak ekonomi akibat gelombang resesi global yang saat ini melanda dunia.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto juga menjelaskan, perekonomian global tengah dihadapkan pada tantangan yang disebut dengan the perfect storm atau 5C yaitu covid-19, conflict Rusia-Ukraina, climate change, commodity prices, dan cost of living.

Ketua Umum Golkar ini menilai, salah satu sektor kunci dalam menghadapi terpaan krisis global adalah industri pangan. Sebab, ketersediaan pangan yang dapat dijangkau berbagai pihak dinilai mampu menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Yose menggariskan beberapa hal agar Indonesua bisa bertahan sekaligus memanfaatkan momentum ketidakstabilan golbal. Menurutnya, pemerintah perlu mempunyai intrumen kebijakan makro yang adaptif. Ia mencontohkan ketika suku bunga diperlukan naik, maka bank sentral dan pemerintah juga harus langsung merespons cepat.

Begitu juga ketika suku bunga diperlukan turun untuk menjaga pertumbuhan, bank Sentral dan pemerintah juga harus cepat melakukannya. “Pertama, tentunya mempunyai kebijakan ekonomi makro, moneter, dan fiskal yang cukup bisa adaptif,” ungkapnya.

Baca Juga:  DPD RI dan Senat Spanyol Bahas Kerja Sama Investasi hingga Forum Senat ASEAN 

Selanjutnya, pemerintah juga harus bisa menjaga kepercayaan masyarakat. Hal itu penting dilakukan agar konsumsi domestik terjada dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, perekonomian Indonesia lebih banyak tergantung dari konsumsi domestik yang mencapai 55% dari perekonomian. Hal itu pula yang membuat Indonesia relatif mampu bertahan dari gonjang-ganjing perekonomian dunia.

“Pemerintah harus menjaga kepercayaan masyarakat yang sekarang ini cukup tinggi, sehingga konsumsi domestik masih bisa cukup mendorong perekonomian,” tegasnya.

Yose menegaskan pemerintah juga harus melanjutkan reformasi struktural untuk membuat iklim usaha dan investasi Indonesia semakin menarik. “Yang paling penting melanjutkan reformasi struktural, terutama perbaikan kebijakan-kebijakan kita. Yang sudah dilakukan adalah dengan omnibus cipta kerja kemarin,” tegasnya.

Menurutnya, investasi global tengah turun, sehingga semakin menjadi rebutan banyak negara. Ketika Indonesia mampu membuktikan sebagai tujuan investasi yang layak dan menarik, maka Indonesia akan mendapat keuntungan dari badai krisis global.

Investasi global sedang turun, jadi rebutannya semakin banyak, tetapi kalau kita lebih stabil dari sisi ekonomi makro, inflasi terjaga, dunia usaha kita menarik. Kita bisa juga menjadi lebih baik dari negara tersebut,” tuturnya.

Kebijakan Mitigasi

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto menyatakan bahwa masyarakat Indonesia disebut telah berpengalaman melewati berbagai krisis, dan kebiasaan masyarakat Indonesia dapat secara natural membangun jaring pengaman sosial di masyarakat.

“Masyarakat kita memiliki pengalaman panjang dan pernah melewati berbagai krisis ekonomi khususnya 1998, krisis Covid-19, sehingga pengalaman ini mendorong masyarakat dapat memiliki mitigasi yang cukup baik dengan berbagai gejolak yang ada. Masyarakat kita memiliki modal sosial (pengajian, kegiatan masyarakat, kegiatan keagamaan, kegiatan olahraga, arisan) sehingga mereka bisa saling membantu satu dengan lainnya dengan kata lain modal sosial mendorong terbentuknya jaring pengaman sosial di level masyarakat,“ ujarnya, Rabu (28/9).

Baca Juga:  HMI Cabang Bandar Lampung Apresiasi Kinerja Progresif Dinas Pendidikan Provinsi Lampung

Selain itu, dia menambahkan, Perekonomian Indonesia sebagian besar didominasi perekonomian yang bersifat informal yang tidak tercatat sehingga kita tidak tahu pasti potensinya serta banyak yang bersifat subsisten, sehingga sektor-sektor inilah tumpungan masyarakat di saat kondisi krisis.

Selain kekuatan masyarakatnya, pemerintah juga telah melakukan extra effort untuk menjaga inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Tantangan global sekarang ini disebut-sebut akan mendatangkan ‘perfect storm’. Extra effort yang dilakukan pemerintah sendiri diapresiasi oleh Teguh. Namun, ada catatan untuk kian memperkuat perekonomian dalam negeri.

“Dalam kontek perfect storm kondisi global, selain pemerintah bekerja keras untuk pengendalian inflasi, pemerintah harus memperkuat perekonomian domestik. Indonesia memiliki pasar yang cukup besar sehingga optimalisasi peran ekonomi domestik bisa menyerap dampak negatif dari gejolak perekonomian global,“ jelas Teguh.

Perananan pemerintah daerah dan pemerintah desa harus lebih dioptimalkan dalam mendorong perekonomian daerah. Dana desa merupakan instrumen yang cukup efektif untuk mendorong aktivitas perekonomian lokal. “Dana desa tahun depan bisa ditambah besarannya sehingga perekonomian desa dan daerah terus menggeliat,” saran Teguh.

Tentang krisis global, gejolak harga energi, harga pangan dan juga penurunan permintaan barang ekspor Indonesia tentu akan tertransmisi ke perekonomian domestik. Namun kata Teguh, tidak akan terlalu dalam.

“Dampaknya tidak serta merta karena Indonesia selalu lag behind karena rendahnya integrasi perekonomian Indonesia dalam global value chain (GVC). Rendahnya Indonesia dalam GVC bisa membuat perekonomian Indonesia relatif resilien dari berbagai guncangan,” pungkas Teguh. ##

Temukan berita-berita menarik Lintas Lampung di Google News
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Berita Terkait

Dahsyat, Libur Tahun Baru Hijriyah, Pengguna Tol Meningkat 48%!
Topan Ginting: Ajudan Kepercayaan Bobby Nasution, Menuju Pusat Kekuasaan dan Berakhir Tragis di KPK
Dirgahayu Polri, Polisi Ideal Itu Ada?
Gubernur Lampung Resmi Tutup Kejurnas Softball Outsiders Inc Cup 2025
Peringati Tahun Baru Islam 1447 H, Wamenag : Masjid Harus Jadi Sumber Kehidupan
Pemerintah Provinsi Lampung Dukung Penguatan Nilai Spiritual melalui Pembinaan Dharmika dan Metatah Massal
Kejurnas KWRI Cup II, Pemprov Lampung Dorong Ekosistem Sepak Bola Sejak Dini
Alm KH Ismail Bercita-Cita Membangun Sekolah Unggulan Buat Yatim Piatu Lima Lantai

Berita Terkait

Senin, 30 Juni 2025 - 10:56 WIB

Dahsyat, Libur Tahun Baru Hijriyah, Pengguna Tol Meningkat 48%!

Senin, 30 Juni 2025 - 08:12 WIB

Topan Ginting: Ajudan Kepercayaan Bobby Nasution, Menuju Pusat Kekuasaan dan Berakhir Tragis di KPK

Senin, 30 Juni 2025 - 08:10 WIB

Dirgahayu Polri, Polisi Ideal Itu Ada?

Senin, 30 Juni 2025 - 05:13 WIB

Gubernur Lampung Resmi Tutup Kejurnas Softball Outsiders Inc Cup 2025

Minggu, 29 Juni 2025 - 20:31 WIB

Peringati Tahun Baru Islam 1447 H, Wamenag : Masjid Harus Jadi Sumber Kehidupan

Berita Terbaru

#CovidSelesai

Dahsyat, Libur Tahun Baru Hijriyah, Pengguna Tol Meningkat 48%!

Senin, 30 Jun 2025 - 10:56 WIB

#indonesiaswasembada

Dirgahayu Polri, Polisi Ideal Itu Ada?

Senin, 30 Jun 2025 - 08:10 WIB

#indonesiaswasembada

Gubernur Lampung Resmi Tutup Kejurnas Softball Outsiders Inc Cup 2025

Senin, 30 Jun 2025 - 05:13 WIB