In Memoriam Intansari Fitri, Pendiri Majalah Farah

Jumat, 4 November 2022 | 16:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Catatan Arief Gunawan, wartawan senior/anggota Dewan Pakar JMSI

Waktu budaya menulis dalam bahasa Indonesia mulai tumbuh pada tahun 1920-an yang ditandai oleh berdirinya Balai Pustaka, seiring berkembangnya penerbitan suratkabar dan majalah di tanah air, penulis wanita Indonesia sudah banyak yang terlibat di dalamnya.

Nama-nama seperti Selasih atau Seleguri (Sariamin Ismail) yang tercatat sebagai novelis perempuan pertama Indonesia, telah memukau publik melalui karyanya, Kalau Tak Untung, yang diterbitkan Balai Pustaka pada 1934.

Seleguri juga penulis utama di suratkabar dan majalah Pujangga Baru, Panji Pustaka, Soeara Kaoem Iboe Soematra, dan Bintang Hindia.

Tatkala akses kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang baik kala itu masih sangat dibatasi, tampil pula Rohana Kudus. Wartawati pertama Indonesia, pendiri suratkabar Sunting Melayu, 1912. Rohana mengawali karir sebagai penulis di suratkabar perempuan, Poetri Hindia, pimpinan Tirto Adhi Suryo.

Baca Juga:  Oknum Kasubag DPRD Lampung Utara Dipolisikan Atas Dugaan Penipuan

Saudara tiri Sutan Sjahrir, sepupu Haji Agus Salim, dan bibi dari penyair Chairil Anwar ini hidup sezaman dengan R.A Kartini. Ia menekuni dunia kewartawanan secara otodidak. Sosok lainnya ialah Siti Rukiah Kertapati. Seorang penulis cerita anak dan schrijfster (perempuan penulis) yang produktif, pada 1950-an.

Tulisan-tulisannya antara lain menghiasi majalah Gelombang Zaman. Salah satu novel karya pengelola majalah pendidikan anak-anak, Cendrawasih, ini berjudul Kejatuhan dan Hati, yang menuai pujian banyak kalangan.

Baca Juga:  Pelaku Penembakan di Arena Sabung Ayam Waykanan Menangis di Ruang Sidang Mengakui Kesalahan

Novel berlatar revolusi,1947-1949 itu bercerita tentang pergolakan batin seorang perempuan yang tak lagi mempedulikan stigma perawan tua yang dilekatkan kepada dirinya, karena memilih berperang di medan pertempuran.

Hampir sezaman dengan Rukiah terdapat nama lain seperti Hamidah, Waluyati, Siti Nuraini, hingga Toeti Heraty. Sedangkan di era 1970-an tampil generasi berikutnya: Nh Dini, Titie Said, Marianne Katoppo, dan beberapa nama lain, yang juga terlibat di dalam aktivitas media massa.

Temukan berita-berita menarik Lintas Lampung di Google News
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Berita Terkait

Skripsi Terbaik Wisuda Periode II Bahas Isu Ketimpangan Sosial
Haru! Rektor Beri Pesan Wisudawan Periode II 2025: “Ilmu Ini untuk Siapa?”
Dandim 0426 Hadiri Acara Penerimaan Warga Baru dan Sertijab di Jajaran Korem 043
Pimpinan Muhammadiyah: Tahun Baru Islam Momentum Perbaikan Spritualitas Ummat
Kadis Lingkungan Hidup Pemprov Lampung Purna Tugas
Danbrigif 4 Mar/BS Hadiri Peringatan HUT Bhayangkara ke-79 di Polda Lampung
Proyek Rabat Beton Rp982 Juta Milik CV Artha Jaya Konstruksi Diduga Asal Jadi, Warga Minta Bongkar Ulang
BPN Mesuji Bagikan Sertipikat PTSL dan Sekaligus Sosialisasi Kepengurusan Legalisasi Aset Tanah

Berita Terkait

Selasa, 1 Juli 2025 - 19:13 WIB

Skripsi Terbaik Wisuda Periode II Bahas Isu Ketimpangan Sosial

Selasa, 1 Juli 2025 - 19:10 WIB

Haru! Rektor Beri Pesan Wisudawan Periode II 2025: “Ilmu Ini untuk Siapa?”

Selasa, 1 Juli 2025 - 18:10 WIB

Dandim 0426 Hadiri Acara Penerimaan Warga Baru dan Sertijab di Jajaran Korem 043

Selasa, 1 Juli 2025 - 18:01 WIB

Pimpinan Muhammadiyah: Tahun Baru Islam Momentum Perbaikan Spritualitas Ummat

Selasa, 1 Juli 2025 - 17:55 WIB

Kadis Lingkungan Hidup Pemprov Lampung Purna Tugas

Berita Terbaru

#CovidSelesai

Skripsi Terbaik Wisuda Periode II Bahas Isu Ketimpangan Sosial

Selasa, 1 Jul 2025 - 19:13 WIB

#CovidSelesai

Kadis Lingkungan Hidup Pemprov Lampung Purna Tugas

Selasa, 1 Jul 2025 - 17:55 WIB