Kotabumi — Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat kualitas dan arah pendidikan Islam di Indonesia. Salah satu langkah nyata diwujudlan melalui kegiatan Sosialisasi dan Penguatan Kepemimpinan Pendidikan Islam yang Visioner, Adaptif, dan Berorientasi pada Keberlanjutan, yang digelar di Gedung Pusiban Kotabumi, pada 25–26 Oktober 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama FTK UIN RIL dengan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah) Kementerian Agama RI, dan menjadi wadah penguatan kapasitas kepala sekolah, guru, serta tenaga kependidikan madrasah di wilayah Lampung Utara.
Agenda tersebut menjadi ruang diskusi dan penguatan gagasan tentang kepemimpinan pendidikan Islam yang mampu menjawab tantangan zaman sekaligus menjaga nilai-nilai keberlanjutan.
Kegiatan ini menghadirkan empat tema utama, yaitu (1) Kepemimpinan Pendidikan Islam yang visioner, adaptif, dan berorientasi pada keberlanjutan; (2) Model-model Pembelajaran yang Menunjang Kurikulum Berbasis Cinta (KBC); (3) Seminar Ekoteologi dan Kesadaran Lingkungan untuk Pendidikan Islam Berkelanjutan; dan (4) Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan dalam Pengelolaan Teknologi dan Administrasi Pendidikan.
Para narasumber yang hadir dalam kegiatan ini meliputi Dr. Agung Sadayu (Kepala Perencanaan Balai Guru dan Tenaga Kependidikan Provinsi Lampung), Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd. (Dekan FTK UIN RIL), dan Dr. Guntur Cahaya Kesuma, M.A..
Peserta kegiatan terdiri atas kepala sekolah, guru, dan pegawai madrasah di lingkungan MAN, MTsN, dan MIN se-Lampung Utara.
Dalam sambutannya, Dekan FTK UIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan ruang untuk memperkuat semangat kepemimpinan di dunia pendidikan Islam.
“Kalau bicara pendidikan Islam, maka kita bicara guru, siswa, tenaga kependidikan, pengawas, juga bicara anggaran, kurikulum, aturan, dan tentu kepemimpinan,” ujarnya di hadapan peserta.
Prof. Nirva menekankan pentingnya meneladani kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang memiliki empat sifat utama: siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas).
“Kepala sekolah harus punya visi dan mimpi. Jiwa kepemimpinan itu harus hidup di guru-guru kita dan siswa-siswa kita. Pemimpin itu harus cerdas, bukan hanya secara intelektual, tapi juga secara emosional dan spiritual,” jelasnya.
Ia menambahkan, keberlanjutan atau sustainability dalam kepemimpinan menjadi hal penting agar semangat perubahan tetap terjaga. “Harus kita jaga agar kepemimpinan ini berlanjut dan memberi dampak nyata,” ungkapnya.
Prof. Nirva berharap kegiatan ini membawa pencerahan bagi para peserta.
“Mudah-mudahan kegiatan ini membawa kecerahan bagi kita semua. Apa yang diperoleh di sini bisa dibawa ke sekolah masing-masing untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama pendidikan Islam,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program Ngopi (Ngobrol Pendidikan Islam) yang digagas oleh Kementerian Agama RI dan telah dilaksanakan di berbagai provinsi.
“Kami dari UIN RIL mendapat amanah untuk melaksanakan kegiatan ini, mendiskusikan tema-tema penting yang relevan dengan dunia pendidikan kita. Tak lupa kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang sudah hadir dan berpartisipasi,” tambahnya
Sementara itu, Dr. Agung Sadayu dalam pemaparannya menyoroti pentingnya peran kepala sekolah sebagai penentu arah dan kemajuan lembaga pendidikan. “Setiap orang punya mimpi, tapi yang menentukan baik buruknya sebuah sekolah adalah pemimpinnya,” katanya.
Menurutnya, tantangan saat ini adalah menemukan sosok kepala sekolah yang mampu menjadi role model bagi seluruh warga sekolah. “Sekolah yang baik pasti dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner, yang bisa memikirkan dan melihat ke depan untuk kemajuan sekolahnya,” ujarnya menekankan.
Agung menambahkan bahwa seorang pemimpin harus mampu mengubah visi menjadi kenyataan. “Visi itu harus terukur dan disusun sesuai kebutuhan sekolah. Jangan sampai visi berlaku seumur hidup. Harus ada batas waktu agar selalu berkembang,” jelasnya.
Ia juga mencontohkan kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai teladan. “Menjadi pemimpin itu tidak selalu menyenangkan semua orang. Tapi selama yang dilakukan benar, teruskan saja. Pemimpin sejati adalah yang memberikan arah dan menjadi contoh,” pungkasnya.
Penulis : Desty
Editor : Hadi
Sumber Berita : UIN RIL
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.















