Berbicara di Forum Wartawan Belt and Road, Ketum JMSI Ingatkan Peran Indonesia Bangun Kerjasama Selatan-Selatan

Kamis, 17 Oktober 2024 | 21:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

CHONGQING — Perusahaan media dan wartawan profesional perlu memberikan perhatian pada kerangka “Kerjasama Selatan-Selatan” dalam berbagai bidang yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kemandirian negara-negara berkembang.

Hal itu antara lain disampaikan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa ketika berbicara dalam seminar “Tanggung Jawab Pers dalam Kerjasama Selatan-Selatan” yang merupakan bagian dari Belt and Road Journalists Forum (BRJF) 2024 yang digelar di Chongqing, Republik Rakyat China (RRC), Jumat petang (30/8).

Tidak kurang dari 100 wartawan dari puluhan negara di dunia menghadiri kegiatan tahunan yang diselenggarakan All China Journalist Forum (ACJA) bekerjasama dengan berbagai partner lokal mereka. BRJF pertama kali digelar pada 2017 bersamaan dengan pembentukan Belt and Road Journalist Network (BRJN) oleh 30 pemimpin organisasi wartawan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Teguh yang juga dosen jurusan hubungan internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjelaskan bahwa istilah “Selatan” merujuk pada negara-negara yang memiliki sejarah penindasan politik, sosial, dan ekonomi oleh kekuatan kolonial di masa lalu. Istilah ini, sebutnya, memiliki makna ideologis yang mendorong kelahiran negara-negara baru pasca Perang Dunia Kedua umumnya di Asia dan Afrika.

Baca Juga:  Penyaluran Bantuan dan Dorongan Perbaikan Infrastruktur untuk Korban Banjir di Sumut

Adapun “Kerjasama Selatan-Selatan” mengacu pada hubungan di antara sesama negara yang lahir dari rahim kolonialisme itu. Bila hubungan sebelumnya dengan kolonialisme menciptakan ketimpangan dan kemiskinan, maka diharapkan kerjasama di antara negara-negara yang senasib sepenanggungan di era kolonial menjadi jalan keluar yang signifikan untuk meningkatkan taraf hidup warga negara masing-masing.

Pertukaran dan perdagangan sumber daya, teknologi, dan pengetahuan antara negara-negara Selatan merupakan alternatif dan bahkan antitesis dalam proses pembangunan.

Teguh juga mengatakan bahwa Indonesia memainkan peranan yang tidak kecil dalam melahirkan konsep Kerjasama Selatan-Selatan. Keinginan melepaskan diri dari belenggu kolonialisme menjadi tema utama yang pernah diukir dengan indah oleh founding fathers negara-negara baru dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955.

Konferensi Asia-Afrika, ujar Teguh, melahirkan prinsip “peaceful coexistence” atau “hidup berdampingan secara damai” yang berarti keberadaan setiap negara diharapkan menjadi faktor yang mendukung negara lain, dan bukan sebaliknya, mengulang kisah kolonialisme.

Karena itu, “Kerjasama Selatan-Selatan” memiliki sejumlah kaidah yang harus dihormati dan dijaga bersama, yaitu saling menghormati kedaulatan, membangun kemitraan yang setara, mencapai manfaat yang sama, dan berkeadilan, serta tidak melakukan intervensi.

Baca Juga:  Sambangi JMSI Babel, Wali Kota Pangkalpinang Bahas Masalah Banjir

“Jadi, jika kita kembali pada topik tanggung jawab media dan pers dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan menjadi jelas bahwa tugas kita adalah mendidik anggota organisasi kita, baik perusahaan media maupun jurnalis profesional, agar memiliki perspektif yang positif dan konstruktif terhadap isu besar ini,” ujar Teguh Santosa lagi.

Insiatif dan Model China

Dalam kesempatan itu Teguh juga mengajak seluruh peserta BRJF 2024 berterima kasih pada All China Journalist Association (ACJA) yang beberapa tahun terakhir telah mengambil inisiatif menjadi platform bagi media dan wartawan dunia untuk berkumpul dan membahas praktik media dan pers terkait kerja sama antarnegara.

Selain itu, Teguh menambahkan, “keajaiban” pembangunan China dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi inspirasi. China yang mengandalkan pembangunan berdasarkan karakter budayanya yang unik dapat menjadi model alternatif untuk mengejar ketertinggalan pembangunan.

“Kita perlu memanfaatkan platform dan jaringan ini semaksimal mungkin, sehingga pembangunan sejati benar-benar dapat terwujud di Global South,” demikian Teguh Santosa.##


Penulis : Heri Suroyo


Editor : Ahmad


Sumber Berita : RRC

Temukan berita-berita menarik Lintas Lampung di Google News
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Berita Terkait

Peringati Hari Ibu, DPW MTP IPHI Lampung Gelar Baksos di Pondok Pesantren Surya Mandiri
Gerindra Way Kanan Komitmen Dukung Program Gubernur di Daerahnya
Polres Mesuji Hadapi Natal dan Tahun Baru 2026
Kebijakan Tarif dan Kontaminasi, Penghambat Ekspor Perikanan Lampung
Gubernur Mirza Kunjungi Way Kanan
FST RIL Teken Kerjasama FMIPA ITERA
Wilayah Pesisir Rentan ISPA Akibat Variabilitas Iklim dan Penurunan Kualitas Lingkungan
Pleno TPKAD, Jihan: Program Keuangan Harus Tepat Sasaran

Berita Terkait

Sabtu, 20 Desember 2025 - 12:07 WIB

Peringati Hari Ibu, DPW MTP IPHI Lampung Gelar Baksos di Pondok Pesantren Surya Mandiri

Sabtu, 20 Desember 2025 - 08:42 WIB

Gerindra Way Kanan Komitmen Dukung Program Gubernur di Daerahnya

Sabtu, 20 Desember 2025 - 05:41 WIB

Polres Mesuji Hadapi Natal dan Tahun Baru 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 - 05:37 WIB

Kebijakan Tarif dan Kontaminasi, Penghambat Ekspor Perikanan Lampung

Sabtu, 20 Desember 2025 - 05:20 WIB

Gubernur Mirza Kunjungi Way Kanan

Berita Terbaru

#CovidSelesai

Gerindra Way Kanan Komitmen Dukung Program Gubernur di Daerahnya

Sabtu, 20 Des 2025 - 08:42 WIB

#CovidSelesai

Polres Mesuji Hadapi Natal dan Tahun Baru 2026

Sabtu, 20 Des 2025 - 05:41 WIB

#indonesiaswasembada

Kebijakan Tarif dan Kontaminasi, Penghambat Ekspor Perikanan Lampung

Sabtu, 20 Des 2025 - 05:37 WIB

#indonesiaswasembada

Gubernur Mirza Kunjungi Way Kanan

Sabtu, 20 Des 2025 - 05:20 WIB