PANAS terik matahari pada Sabtu siang itu tidak mengurangi rasa penasaran bocah yang berada digerobak dorong bersama ibunya dengan pakaian lusuh menelusuri jalan sampai patung Zainal Abidin Pagaralam.
Lelaki kecil dengan tubuh yang kurus dan kulit gelap memandangi patung yang berdiri kokoh disiang bolong. Patung itu sama sekali tidak merespons tingkah polah seorang anak dengan sigap memberi hormat. Sibocil tetap mengelilingi patung sembari menyeka keringat yang bercucuran. Sejenak, bocil bisa melupakan lapar dan dahaga karena memang dari pagi hingga siang ini belum juga meraskan makanan begitu pun ibunya.
Budayawan dan Tokoh Lampung, Anshori Djausal memaparkan perjalanan Zainal Abidin Pagaralam (ZAP) serta jasa-jasanya terhadap provinsi Lampung. Mulai dari awal pembentukan sampai infrastruktur yang bisa dinikmati hingga hari ini.
Anshori Djausal mengatakan, H. Zainal Abidin Pagaralam (29 Februari 1916 – 6 September 1989) merupakan salah satu tokoh Provinsi Lampung yang telah menorehkan catatan perjalanan hidup dari masa kolonial hingga awal Orde Baru. “Ia juga menjadi salah satu peletak dasar – dasar pemerintahan dan pembangunan serta menggagas berdirinya Provinsi Lampung pada tahun 1964”, papar pria dengan sapaan Ans.
Kemudian, ZAP menjadi Gubernur Lampung periode 1966-1973 menggantikan Kusno Danupoyo sebelum digantikan oleh R. Sutiyoso. Ia juga adalah salah seorang yang memprakarsai berdirinya Universitas Lampung, Bandar Udara Radin Inten II kemudian di bangun pada masa pemerintahannya dan ia juga merupakan orang yang menggagas terbangunnya pelabuhan Bakauheni, papar pria asli Lampung.
Tak berhenti sampai disitu, Ans melanjutkan, bagi saya ZAP seorang intelektual Lampung yang sangat besar perannya bagi terbentuk serta berkembang Lampung sebagai propinsi yang makin maju. ZAP patut dikenang dan dihargai jasanya bagi Lampung, tegas dosen Universitas Lampung serta penulis buku biografi ZA Pagaralam.
“Adanya patung beliau untuk mengingatkan siapa saja yang lewat jalan Zainal Abidin Pagaralam Bandar Lampung”, pungkas Ans.
IB Ilham Malik, Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (Prodi PWK) Institut Teknologi Sumatera (Itera) juga membeberkan masalah keberadaan patung ZA Pagaralam di jalan ZA Pagaralam dari sudut pandang tata kota. Kriteria patung yang akan dibuat sehingga tidak melahirkan masalah sosial di masyarakat. Keberadaan patung memenuhi standar tata kota mencakup segala aspek kehidupan masyarakat, seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
IB Ilham Malik melanjutkan, patung ZA Pagaralam diorientasikan sebagai sculpture penanda ruang, tetapi pemaknaan dan filosofis agak kurang. Implikasinya, setiap benga-benda yang berupa patung ada tetapi nilai seni dan power tidak ada.
Jika kita bandingkan dengan patung serupa diberbagai daerah dan negara, mayoritas objek tersebut tanpa makna yang berimplikasi pada seninya. “Sejauh ini untuk ruang kota keberadaan patung bagus karena sebagai penanda kota, pemantik kegiatan, memancing kegiataan pariwisata serta komersial area disekitarnya”, tutur Ilham.
Menurut dosen tetap Itera, beberapa patung seperti patung Raden Intan, patung Penganten, dan patung Abdoel Moeloek, merupakan patung yang sangat memprihatinkan, kok bisa di buat seperti itu, tidak sarat makna. Bahkan patung Soekarno ditempatkan rumah dinas Walikota juga tanpa makna, ujar Ilham.
Pada dasrnya, arsitektur dan landscape ruang juga mempertanyakan, kok modelnya seperti itu, tentu ditanyakan pada yang capable dibidangnya. Jika ditanyakan pada orang yang menempatkan patung, pembuat patung, dan yang membuat proyek maka jawabannya bagus-bagus aja.
Secara sederhana, bandingkan saja sculpture yang kita punya dengan Singapore, Vietnam, China, Jepang, Prancis, Inggris penuh makna dan jauh berbeda, imbuh Vice President Intelligent Transportation System (ITS) Indonesia.
Tak hanya itu, Ilham kembali menegaskan, patung ZA Pagaralam dari sisi objek patung tidak ada yang salah, lokasinya berada di jalan ZA Pagaralam. Patung Soedirman di jalan Soedirman. Kemudian ada yang menuntut, adanya pro dan kontra itu hal biasa, kok patung itu bukan patung yang lain, ini merupakan masalah keberpihakan.
“Hal ini secara umum normal agar tidak menimbulkan kejutan budaya. Tetapi harus di desain dengan bagus, contohnya patung Soedirman di jalan Soedirman Jakarta, bandingkan dengan patung Pemuda Membangun, patung Dirgantara di Pancoran, Kereta Kencana di jalan Medan Merdeka Barat. Jika ingin punya patung seperti itu harus serius digarapnya dan diserahkan pada ahlinya terutama penempatan patung”, kata peneliti aktif di Pusat Studi Kota dan Daerah (Center for Urban & Regional Studies).
Perencana patung tidak konsen pada patungnya. Patung sebagai pelengkap ruang, kegiatannya ada apa saja disekitar patung harus di desain dan direncanakan sehingga mempunyai efek sosial budaya, ekonomi, politik. Mudah-mudahan kedepan akann ada dan muncul birokrat yang mampu memahami keberadaan patung dan tata ruang kota, tandas llham.
Tak ketinggalan pematung Lampung, Sapto juga berkomentar terkait nilai estetik ZA Pagaralam dari sudut pandang seni patung, fungsional, dan teknik pembuatannya.
“Nilai estetik patung ZA Pagaralam sangat baik karena digarap secara proporsional dengan baik serta teknik yang benar”, tambah Sapto.
Masih kata Sapto, patung ZA Pagaralam ini sebenarnya hanya merupakan miniatur yang besar, tinggi 8 m, terbuat dari perunggu, dahulu dipasang di Kalianda Lampung Selatan yang kemudian dirobohkan oleh demonstran.
“Teknik pembuatan (miniatur) patung ZA Pagaralam di buat dari bahan ferrosemen dibentuk sedikit demi sedikit sampai berbentuk patung”, tutup Sapto.
Patung ZA Pagaralam Dan Patung Lainnya
Patung ZA Pagaralam dengan gagah berani menghadap ke arah pusat kota Bandar Lampung seolah-olah memberikan dukungan penuh pada kota yang memang memiliki ikatan sejarang yang sangat kuat sebagai pemerakarsa awal terbentuknya kota Bandar Lampung.
Patung ZA Pagaralam ditengah hiruk pikuk kendaraan lalu lalang seakan berkeinginan kota Bandar Lampung lebih baik dari segala sisi seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan, dan keamanan. Patung ZA Pagaralam merupakan bantuan pihak swasta tidak menggunakan anggaran APBD Kota Bandar Lampung.
Patung ZA Pagaralam tidak sendirian karena ada beberapa patung juga di Jakarta dan negara lainnya diantaranya Singapore, Vietnam, China, Jepang, Prancis, dan Inggris. Jakarta dengan bangga memiliki patung Pemuda Membangun, patung Dirgantara di Pancoran, Kereta Kencana.
Patung Pemuda Membangun
Biro Insinyur Seniman Arsitektur (ISA) pimpinan Imam Supardi. Penanggung jawab pelaksana Munir Pamuncak, dana berasal dari Pertamina dipimpin oleh Ibnu Sutowo. Patung dibangun pada tahun 1971 dan diresmikan pada bulan Maret 1972. Patung Pemuda Membangun di Bundaran Senayan Jakarta, simbol semangat pemuda dalam membangun bangsa dan negara,
Patung yang berada di Bundaran Senayan bertujuan untuk mendorong semangat membangun yang harus dilakukan oleh para pemuda. Ekspresi gerak, ditonjolkan pada guratan otot dan urat di lengan dan kakinya. Obor yang diangkat tinggi oleh patung melambangkan peranan pemuda dalam pembangunan bangsa. Obor juga diartikan sebagai penerang hati dan jiwa yang gelap.
Patung Dirgantara
Pembuatan patung diprakarsai oleh presiden Soekarno dengan tujuan untuk menghormati para pahlawan penerbang Indonesia. Patung dirgantara berupa manusia angkasa yang menggambarkan semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa.
Patung Dirgantara simbol prestasi dan aspirasi Indonesia dibuat oleh seorang maestro pematung Indonesia, Edhi Sunarso dengan wajah patung mengambil rupa sang pematung. Pengecoran bantuan dari Artistik Dekoratif Yogyakarta yang dipimpin I Gardono.
Spesifikasi patung Dirgantara, tinggi 11meter, kaki patung setinggi 27 meter dan dibuat dari bahan perunggu dengan bobot mencapai 11 ton terdiri dari beberapa potongan dengan masing-masing beratnya 1 ton.
Proses pembuatan patung dimulai 1964 sampai masa Orde Baru, patung ini tidak pernah diresmikan. Sebagian pendanaan patung menggunakan dana pribadi Presiden Soekarno, ia menjual mobil pribadinya.
Generasi Pertama di Singapura
Generasi Pertama karya Chong Fah Cheong yang ditugaskan oleh Singapore Tourism Board, menggambarkan sekelompok anak laki-laki yang bersemangat melompat ke Sungai Singapura.
Patung Perdamaian Nagasaki Jepang
Keberadaan patung ini untuk mengenang peristiwa tragis dan memberi penghormatan kepada para korban. Perdamaian Nagasaki tinggi hampir 10 meter. Di dasarnya terdapat lemari besi hitam menyimpan nama-nama orang yang tewas setelah bom atom tahun 1945 meledak. Diungkapkan ke publik pada tanggal 1 April 1955, kota ini mengadakan upacara peringatan tahunan di kaki patung.
Penulis : Arisya Heny Puspita
Editor : Rudi Alfian
Sumber Berita : Sejarah Indonesia
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.















