Bamsoet menerangkan, salah satu faktor kekuatan ekonomi Indonesia disebabkan karena konsumsi rumah tangga yang sudah membaik sebagai buah keberhasilan dari upaya memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat. Tidak hanya itu, terputusnya mata rantai penyebaran virus Covid-19 juga telah mengembalikan kepercayaan investor terhadap Indonesia. Terlihat dari pulihnya kredit perbankan dan kinerja PMA/PMDB yang stabil selama masa pandemi.
“Indikator lainnya bisa dilihat dari penilaian lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) yang melaporkan terjadinya peningkatan outlook Indonesia dari negatif menjadi stabil dan mempertahankan peringkat Indonesia pada level BBB (Investment Grade) pada 27 April 2022. Outlook yang stabil merupakan pengakuan atas peningkatan sektor eksternal Indonesia, pemulihan ekonomi Indonesia yang akan berlanjut selama dua tahun kedepan, dan kemajuan bertahap menuju konsolidasi fiskal Pemerintah. Sementara peringkat BBB didasarkan pada prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan dinamika kebijakan yang berorientasi masa depan,” terang Bamsoet.
Ia menambahkan, selain dari basis fundamental ekonomi, terdapat juga berbagai potensi lainnya yang dapat mengantarkan Indonesia menuju peringkat 5 besar kekuatan ekonomi dunia. Misalnya, besarnya jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa, dimana 20 persen diantaranya atau sekitar 50-60 juta jiwa tergolong sebagai kelas menengah.
“Indonesia juga sedang mengalami masa keemasan bonus demografi karena usia produktif (15-64 tahun) mendominasi jumlah penduduk di dalam negeri. Dari 270 juta penduduk Indonesia, didominasi oleh generasi Z (1997-2012) sebesar 27,94 persen atau 74,93 juta jiwa, milenial (1981-1996) sebesar 25,87 persen atau 69,38 juta jiwa, dan generasi X (1965-1980) sebesar 21,87 persen atau 58,65 juta jiwa,” pungkas Bamsoet.##
1 2
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Halaman : 1 2