Wakil Ketua MPR: Fokus Mengelola Utang, Bukan Membandingkan Dengan Negara Maju

Selasa, 15 November 2022 | 11:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Laporan : Heri Suroyo

JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan mempertanyakan pernyataan Pemerintah melalui Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi perihal utang Indonesia yang kini mencapai Rp.7.420,47 Triliun pada akhir September 2022. Menurut Syarief Hasan, utang dengan jumlah triliunan tersebut sangatlah besar dan menunjukkan ketidakmampuan Pemerintah dalam mengelola keuangan negara.

Syarief Hasan menyebut, perbandingan utang negara bukan pada besar kecilnya tetapi pada kemampuan membayarnya. “Kritikan kami selama ini kepada Pemerintah adalah semakin besarnya utang Indonesia, membuat semakin beratnya beban membayar utang pada pemerintahan berikutnya. Negara maju memiliki kemampuan bayar utang, sementara Indonesia semakin berat dalam membayar utang dan bunganya.”, Ungkap Syarief Hasan.

Syarief Hasan melanjutkan, Surat Berharga Negara (SBN) mendominasi sampai 88,2 persen dari total utang pemerintah, sementara investor menuntut imbal hasil SBN harus tinggi yakni 7,4 persen untuk tenor 10 tahun. “Dengan kondisi ini, dana APBN akan terbebani untuk membayar bunga utang yang angkanya fantastis melebihi Rp 410 triliun. Itu baru bunga utang, belum termasuk utang pokoknya.”, Ungkap Syarief Hasan.

Baca Juga:  DJBC Sumbagbar Musnahkan Barang Ilegal

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini juga mengingatkan hasil review BPK RI. “Kami mengingatkan kembali, BPK dalam Hasil Review atas Kesinambungan Fiskal telah mewanti-wanti tren penambahan utang dan biaya utang yang melampaui PDB. Hal ini bisa berakibat pada gagal bayar dan berbahahaya bagi kondisi fiskal nasional.”, Ungkapnya.

Syarief Hasan juga mendorong Pemerintah menyelesaikan masalah utang, bukan malah membandingkannya dengan negara maju. “Negara maju secara ekonomi lebih kuat dibandingkan Indonesia. PDB perkapita Amerika Serikat mencapai USD 63.123, Cina mencapai USD 10.229, sementara Indonesia hanya USD 4.349,17, jauh di bawah negara-negara maju. Itupun, angka rasio gini Indonesia sangat tinggi mencapai 0,38.”

“Jadi, Pemerintah tidak perlu gegabah membandingkan diri dengan negara maju anggota G-20, tetapi fokus menyelesaikan masalah nasional, utamanya utang pokok dan bunga utang yang semakin besar mencapai 41% dari PDB Indonesia.”, Ungkapnya.

Syarief Hasan juga mengingatkan Pemerintah terkait rekomendasi BPK dan IMF. “Indikator kerentanan utang Indonesia yang berasal dari kajian BPK menyebutkan utang Indonesia melampui rekomendasi International Monetary Fund (IMF) dan International Debt Relief (IDR).”, Ungkapnya.

Baca Juga:  Pengelola Tol Bakter Lakukan Pemeliharaan Jalan Jelang Natal dan Tahun Baru

“Dari berbagai kajian akademis menunjukkan bahwa rasio debt service terhadap penerimaan sudah mencapai 46,77% dan rasio pembayaran bunga terhadap penerimaan mencapai 19,06% melampaui rekomendasi IMF.”, Ungkap Syarief melanjutkan pandangannya.

Guru Besar bidang Manajemen Koperasi dan UKM ini juga mengingatkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang menyebut, utang Indonesia mencapai Rp6.626,4 Triliun atau mencapai 59,70% dari aset negara. Persentase ini melebihi rekomendasi dari IMF sebesar 25-35%, bahkan BPK RI mengingatkan potensi gagal bayar utang Indonesia.

“Banyak sekali lembaga yang sudah mengingatkan soal utang Indonesia yang semakin besar. Pemerintah lebih baik fokus menyelesaikannya, bukan gegabah menyebut utang tersebut kecil dan membandingkannya dengan negara maju yang memiliki perekonomian kuat.”, Tutup Syarief Hasan. ##

Temukan berita-berita menarik Lintas Lampung di Google News
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Berita Terkait

Rudianto Lallo Dorong Reformasi Polri yang Substantif, Jangan Jadi Alat Kekuasaan
Pangan Ultra Proses dan Perubahan Paradigma Konsumen
Dorong Layanan Kesehatan Masyarakat, Pemprov Lampung Perkuat CKG, Imunisasi, dan BPJS Kesehatan
Lampung Fest 2025, Sinergikan Kopi dan Pariwisata untuk Dongkrak Ekonomi Lampung
Wagub Jihan Nurlela Buka Rakor Kesehatan 2025: Tegaskan Pentingnya Program CKG dan Optimalisasi Keaktifan Peserta BPJS
DWP Provinsi Lampung Gelar Sosialisasi E-Reporting untuk Tingkatkan Akuntabilitas dan Kinerja Pelaporan
Sinergi Pemprov, Kejaksaan, dan Kemenkop UKM Perkuat Ekonomi Desa lewat Koperasi Merah Putih Mitra Adhyaksa
Peringati HKN ke-61, Wagub Jihan Dorong Insan Kesehatan Lampung Perkuat Transformasi Layanan
Tag :

Berita Terkait

Kamis, 13 November 2025 - 17:18 WIB

Rudianto Lallo Dorong Reformasi Polri yang Substantif, Jangan Jadi Alat Kekuasaan

Kamis, 13 November 2025 - 12:47 WIB

Pangan Ultra Proses dan Perubahan Paradigma Konsumen

Kamis, 13 November 2025 - 11:09 WIB

Dorong Layanan Kesehatan Masyarakat, Pemprov Lampung Perkuat CKG, Imunisasi, dan BPJS Kesehatan

Kamis, 13 November 2025 - 11:06 WIB

Lampung Fest 2025, Sinergikan Kopi dan Pariwisata untuk Dongkrak Ekonomi Lampung

Rabu, 12 November 2025 - 15:35 WIB

DWP Provinsi Lampung Gelar Sosialisasi E-Reporting untuk Tingkatkan Akuntabilitas dan Kinerja Pelaporan

Berita Terbaru

#indonesiaswasembada

Pangan Ultra Proses dan Perubahan Paradigma Konsumen

Kamis, 13 Nov 2025 - 12:47 WIB