Saat ini, ujar Rerie, transformasi digital di bidang kebudayaan sudah banyak mendapat perhatian dari masyarakat dan dikaji para akademisi lewat berbagai tulisan ilmiah. “Sebuah situasi yang mendukung transformasi digital di bidang kebudayaan seperti pengelolaan museum,” ujarnya.
Menurut Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu kunci untuk mengawali proses transformasi adalah mengubah mindset atau cara berpikir para pemangku kepentingan dan masyarakat. Sehingga, tambah dia, para pengelola museum dan objek-objek cagar budaya mampu memahami langkah-langkah pengembangan kebudayaan.
Rerie berpendapat di masa kini museum yang berhasil bukan hanya sebagai tempat memajang atau memamerkan benda-benda budaya, tetapi juga harus memberikan pengalaman bagi pengunjung sehingga menciptakan pendapatan bagi pengelolanya. Apalagi, ujar Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, saat ini populasi Indonesia 60%-nya adalah generasi Z, yang sejak lahir sudah mengenal budaya digital dan mengeksplor setiap pengalaman.
Kondisi tersebut, jelas Rerie, menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pemangku kepentingan dalam pengelolaan museum dan pengembangan sektor kebudayaan secara umum.
“Harus segera dibuka ruang untuk proses belajar dalam menghadapi transformasi digital dalam pengelolaan museum, agar masyarakat dan para pemangku kepentingan mampu beradaptasi dan bertahan dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi, ” pungkasnya.##
1 2
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Halaman : 1 2