Alih-alih memaksa anak untuk tenang, orangtua dapat bertanya aktivitas mana yang lebih mereka sukai. Hal ini dapat merangsang otak si kecil untuk berpikir dan memicu pelepasan hormon dopamin (perasaan baik).
Hormon tersebut dapat mengurangi stres dan meningkatkan minatnya pada objek atau peristiwa yang baru disajikan. Sebagai contoh, saat anak tidak ingin makan malam, alih-alih memaksanya, orangtua dapat meminta si kecil untuk memilih menyantap daging atau sayuran terlebih dahulu.
2. Terima emosi si kecil
Ketika periode tantrum dimulai, seorang balita dibanjiri emosi yang mengendalikan otak mereka. Kondisi ini tidak dapat dihadapi dengan penalaran ala orangtua. Hal yang diperlukan para ayah dan ibu adalah menerima emosi si kecil dan tetap berada di sampingnya selama periode tantrum.
Saat anak rewel, menangis, atau mengutarakan emosinya dengan meletup-letup, jangan paksa mereka untuk menjelaskan kondisinya. Pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan kemungkinan membuat mereka semakin kesal.
3. Bantu anak mengembalikan keseimbangan emosional dan belajar mengatur diri
Orang tua dapat membantu mengembalikan keseimbangan hormonal dalam tubuh anak dengan cara menggendong atau memeluknya. Berpegangan tangan atau berpelukan dapat mengaktifkan sistem penenang dalam tubuh si kecil dan memicu produksi hormon oksitosin yang berkaitan dengan perasaan cinta, kasih sayang, dan emosi yang baik.
Beberapa afirmasi positif seperti; “Iya, mama tahu, nak”, “Kamu pasti merasa sangat sedih,” atau “Saya sangat menyesal karena kamu terluka,” adalah cara yang cukup baik untuk membuat si kecil merasa aman dan dimengerti.
1 2 3 4 Selanjutnya
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya