Laporan : Fathul Mu’in
BANDAR LAMPUNG – Jangan memandang remeh setiap jenis usaha yang terlihat sepele. Sebab, jika ditekuni, bisnis sederhana bisa menghasilkan banyak cuan dan mengangkat perekonomian banyak orang.
Seperti yang dilakukan Dharmayani, berawal dari niat untuk membantu para nelayan yang kerap merugi dan sulit memasarkan hasil tangkapannya, ibu satu anak itu kemudian membuat makanan dari bahan baku ikan Blue Marlin. Otak-otak Lampung Mas Alwi namanya.
Dari produksi olahan ikan laut tersebut dia bersama para emak-emak lainnya meraup banyak cuan dan menjadi jutawan. Tidak hanya itu, produk UMKM miliknya saat ini sudah mampu menembus pasar luar negeri.
“Pemasarannya di Lampung dan luar Lampung, untuk luar negeri baru Singapura,” kata Owner Otak-otak Lampung Mas Alwi, Dharmayani, saat ditemui di rumah produksi otak-otaknya, JL. Karya Bhakti, Perumahan D’ Green Permata, Nomor 13, Rajabasa Jaya, Bandar Lampung, Senin, (25/4/2022).
Untuk memproduksi berbagai jenis olahan ikan tersebut, awalnya hanya mempekerjakan empat orang, namun karena jumlah permintaan terus meningkat, saat ini Otak-otak Lampung Mas Alwi memiliki 14 karyawan yang semuanya emak-emak dengan tugas masing-masing, mulai dari mengadon, membungkus, menggoreng dan lainnya.
Seiring dengan pesanan yang makin banyak dan ketatnya persaingan usaha di bidang kuliner, Dharma terus bereksperimen dan menambah jenis produk olahan ikan blue marlin, bumbu dan cara pembuatannya. Sehingga, saat ini sudah banyak jenis produk yang dipasarkan, mulai dari otak-otak bakar dan goreng, lumpia ikan, sempol ikan, dimsum blue marlin, pepes ikan blue marlin, getas ikan, ikan sambal matah, bakso iwan rebus, cireng ikan dan fish stick blue marlin.
“Untuk yang ke luar negeri baru fish stick saja karena produknya memang tahan lama,” ujar perempuan berhijab itu sambil menunjukkan berbagai produk usahanya tersebut.
Dharma mengakui, usaha yang digeluti sejak tahun 2019 itu sempat jatuh bangun, terlebih saat pandemi covid-19 melanda, bisnis yang dirintisnya nyaris gulung tikar. “Masa paling berat yang dialami UMKM adalah saat PPKM, saya harus mengurangi jumlah karyawan karena permintaan berkurang,” kata dia.
Namun, dengan kesabaran, ketekunan, pemanfaatan teknologi dan dukungan semua pihak, Otak-otak Lampung Mas Alwi mampu bertahan di saat pandemi dan secara perlahan tapi pasti mengalami kenaikan penjualan. Setidaknya saat ini sudah ada tujuh franchise di Provinsi Lampung, memiliki seratusan reseller dan mulai menembus pasar luar negeri.
Otak-otak Lampung Mas Alwi juga bisa dipesan via Go-Food, Shopee dan lainnya. Dharma juga memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi dan media interaksi dengan para pelanggan. Seperti Instagram, Facebook dan platform digital lainnya.
“Omzet rata-rata per hari kita saat ini sekitar Rp6 juta. Pemasaran kita juga cukup masif di medsos,” kata Pengurus MUI Lampung bidang pemberdayaan ekonomi umat tersebut.
Sebagai UMKM yang masih baru, Otak-otak Lampung Mas Alwi mengakui masih perlu terus belajar dan berharap dukungan semua pihak, termasuk dari pemerintah, baik Pusat, Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Kota Bandar Lampung, khususnya bantuan permodalan. Sebab, selama ini bantuan dari pemerintah khususnya pemda baru sebatas pelatihan-pelatihan, kemudahan perizinan dan pengurusan sertifikasi halal.
“Kedepan para pelaku UMKM perlu bantuan modal agar kita bisa meningkatkan jumlah produksi dan mampu bersaing dengan produk lain,” kata dia.
Meski masih banyak kekurangan di sana sini, Dharma tetap bersyukur dengan capaian saat ini karena sudah ikut terlibat dalam pemenuhan ekonomi masyarakat, terlebih di saat pandemi covid-19, minimal bagi nelayan blue marlin, 14 karyawan, seratusan reseller serta orang-orang yang terlibat dalam usahanya ini.
“Mudah-mudahan kedepan ketika usaha ini makin maju maka semakin banyak yang sejahtera,” tegasnya.
Tarsini, salah seorang karyawan Otak-otak Lampung Mas Alwi, mengatakan, pekerjaan bersama 13 emak-emak lainnya saat ini sangat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya, seperti untuk makan, membayar sekolah anak dan kebutuhan lainnya. Bahkan saat ini dia bersama teman-temannya sudah bisa menghimpun emak-emak untuk bergabung dalam bisnis ini.
“Dulu susah sekali nyari kerja, sekedar untuk makan dan bayar sekolah anak aja sulit. Tapi sekarang Alhamdulillah bisa membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga,” kata Tarsini.
Terpisah, Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, mengatakan, pihaknya sangat mendukung keberadaan UMKM di Kota Tapis Berseri, salah satunya adalah mengajak para pelaku UMKM untuk mengajukan pinjaman modal ke Bank Mandiri. Pemkot telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU dengan Bank Mandiri. Pinjaman untuk UMKM ini sebesar Rp25 juta-Rp50 juta. Pinjaman modal tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi terutama dalam hal pengemasan produk.
UMKM yang dapat pinjaman ini juga harus melengkapi persyaratan. Namun, tidak semua pengajuan UMKM diterima karena harus melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan. “Pinjaman modal tanpa bunga dan tanpa agunan ini untuk membantu UMKM bangkit di masa pandemi Covid-19,” kata Eva.
Pemkot Bandar Lampung juga menyiapkan sentra UMKM dan taman Soekarno di Jalan Gatot Subroto untuk menfasilitasi pelaku UMKM memasarkan produknya. Sentra UMKM tersebut dilengkapi dengan taman yang menjadi ruang publik. Selain itu, pihaknya juga mengajukan sebanyak 9.025 UMKM untuk mendapatkan Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) Kementerian Koperasi dan UKM. Tiap UMKM akan menerima bantuan Rp1,2 juta.
Perkuat Rasa dan Promosi
Pengamat Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Femei Purnamasari mengatakan, para pelaku UMKM, termasuk Otak-otak Lampung Mas Alwi, harus memiliki strategi bisnis yang tepat agar produknya bisa diterima oleh masyarakat. Caranya antara lain memperkuat cita rasa yang khas serta meningkatkan promosi di semua saluran.
“Kalau produknya kuliner harus bisa menjamin kualitas rasa. Promosi juga harus ditingkatkan, terlebih di media sosial. UMKM hari ini harus benar-benar kreatif. Kalau tidak kreatif akan kalah bersaing dan ditinggalkan oleh konsumennya,” kata Femei.
Selain itu, pemerintah dan masyarakat juga seharusnya mendukung para pelaku UMKM untuk bangkit dan berkembang. Dukungan pemerintah bisa dilakukan dengan memberikan kemudahan akses serta bantuan permodalan kepada UMKM yang bermodal tipis. Sedangkan dukungan masyarakat bisa dilakukan dengan mencintai produk lokal. “Dengan dukungan itu maka UMKM kita bisa maju. Dengan banyaknya UMKM yang berkembang maka makin banyak masyarakat kita yang sejahtera,” ujarnya. (*)
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.