Hubungan Indonesia dan Tunisia
Dalam kuliah umumnya, Dubes Trabelsi memaparkan sejumlah kaitan kedua bangsa dan negara secara historis. Dia memperkenalkan sosok seorang pelukis hebat kebanggan Tunisia, Hatem El Mekki. Hatem lahir di Batavia, 16 Mei 1918. Ayahnya warga Tunisia yang menetap di Jakarta pada masa itu. Sementara ibunya wanita Indonesia keturunan Tionghoa.
Di tahun 1924, Hatem El Mekki dan keluarga pindah ke Tunisia, tanah kelahiran ayahnya yang saat ini merupakan protektorat Prancis. Hatem El Mekki meninggal dunia di Kartago, sebuah kota tua di Tunisia yang berada di sebelah timur Danau Tunis, pada 23 September 2003. Dia dikenang sebagai salah seorang pelukis hebat Tunisia sampai akhirnya hayatnya.
Karya-karyanya dipengaruhi oleh visualisasi hutan tropis Indonesia dan berbagai motif kain batik.
Selain kisah mengenai Hatem El Mekki, Dubes Trabelsi juga menceritakan kisah persahabatan kedua negara di era dekolonisasi seusai Perang Dunia Kedua. Di tahun 1951, pemimpin gerakan perlawanan Tunisia, Habib Bourguiba, datang ke Jakarta menemui Presiden Sukarno.
Dalam pertemuan di Jakarta, Presiden Sukarno berjanji memberikan dukungan pada upaya Tunisia melepaskan diri dari penjajahan Prancis. Perwakilan Tunisia juga hadir dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) yang digelar pada tahun 1955. Setahun kemudian, Tunisia berhasil mengakhiri pendudukan Prancis.
Sebagai penghormatan atas jasa Presiden Sukarno bagi kemerdekaan Tunisia, tanggal 6 Juni 2024 lalu nama Presiden Sukarno diabadikan sebagai nama sebuah jalan di kawasan bergengsi di Tunis, Les Berges du Lac.
1 2 3 Selanjutnya
Penulis : Ahmad
Editor : Fidhela Alvita
Sumber Berita : Jakarta
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.