Israel Salah Pilih Lawan, Proses Kalibrasi Ulang Politik Global Sedang Terjadi

Kamis, 19 Juni 2025 | 15:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teguh Santosa: Israel Salah Pilih Waktu Bisa Kehilangan Muka

JAKARTA — Perang terbuka antara Iran dan Israel adalah proses kalibrasi ulang di lingkungan politik global. Berbagai asumsi yang selama diyakini terkait kekuatan militer Israel runtuh. Begitu juga dengan pandangan yang selama ini meremehkan kekuatan Iran. Perang ini membuat tatanan dunia baru semakin dekat di depan mata.

Demikian antara lain disampaikan pengamat luar negeri, Dr. Teguh Santosa dalam dialog Berita Nusantara TV.

“Selama ini Israel sering dibayangkan sebagai kekuatan utama dunia yang tidak tersentuh. Tapi ternyata serangan Israel mendapatkan balasan yang cukup serius dari Iran yang selama ini dipandang sebelah mata,” ujar dosen Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu malam, 18 Juni 2025.

Saling serang antara kedua negara yang bermusuhan sejak akhir 1970an ini juga membuka tabir mengenai kekuatan militer Iran dan meruntuhkan mitos iron clad Israel.

“Kecanggihan persenjataan Iran yang presisi dan jalur komando yang solid membuat Israel yang selama ini dibayangkan tidak tersentuh ternyata dapat disentuh (oleh rudal-rudal yang ditembakkan Iran),” ujarnya.

Selain itu Teguh menilai Israel kurang cermat memilih waktu untuk bermain-main dengan api. Preemptive strike Israel dilakukan di saat negara-negara sekutu tradisionalnya sedang menghadapi sejumlah persolan yang tak kalah pelik, baik domestik maupun kawasan.

Baca Juga:  Rakor Fasilitasi Sertifikasi Halal Perkuat Kolaborasi Pusat-Daerah 

Teguh menambahkan, jika Israel tidak mempunyai strategi yang terukur dengan baik, Israel dapat saja kehilangan muka karena salah memilih lawan.

Teguh juga membandingkan reaksi rakyat Israel dan rakyat Iran dalam situasi perang terbuka ini. Menurutnya, rakyat Iran sudah terbiasa hidup dalam tekanan lingkungan internasional, setidaknya sejak Revolusi 1979, lalu Perang Iran-Irak 1980-1988, dan berbagai krisis pasca Perang Dingin.

Sementara rakyat Israel selama ini hidup nyaman dan dimanjakan oleh proteksi keamanan sekutu Israel, serta terbiasa melihat tentara Israel melakukan apapun yang mereka mau di Palestina dan kawasan-kawasan konflik lainnya.

“Sekarang kita melihat rakyat Israel kehilangan rasa nyaman itu. Mereka kocar kacil lari ke bunker atau ke negara lain. Sementara saat ini rakyat Iran semakin solid mendukung pemerintah,” ujarnya.

Bila rakyat Israel semakin marah, maka posisi Benjamin Netanyahu di panggung politik domestik pun akan semakin sulit.

Di sisi lalin, Teguh mengatakan bahwa perang adalah kelanjutan dari diplomasi, atau perang adalah diplomasi dengan cara yang lain. Iran sebatas membalas serangan Israel yang dijamin dalam pasal 51 Piagam PBB yang memberi hak bagi satu negara untuk membalas serangan negara lain.

Baca Juga:  UIN Raden Intan Lampung dan Tomsk State University Rusia Bahas Kolaborasi Riset Halal

“Ada istilah an eye for an eye,” ujarnya.

Menurut Teguh, Iran menggunakan perang ini untuk mengajak Israel berdialog. Paling tidak, Iran ingin menyampaikan pesan bahwa mereka tidak bisa menjadi korban bullying Israel.

“Israel selalu mengatakan bahwa Iran adalah kekuatan di balik perlawan rakyat Palestina. Tetapi satu hal yang Israel lupa, kalau kita menerima two tate solution sebagai jalan keluar yang kredibel di kawasan (antara Israel dan Palestina), maka seharusnya Israel juga mengakui dan menghormati garis demarkasi dan nilai-nilai kemanusian rakyat Palestina, terutama di Gaza saat ini,” tegas Teguh Santosa.

Peran Indonesia

Pada bagian lain, Teguh juga mengatakan bahwa Indonesia berpeluang untuk memainkan peran yang lebih substansial di tengah situasi yang terus memburuk ini.

Politik luar negeri “good neighbour” yang dikembangkan Presiden Prabowo Subianto menjadi semacam kata kunci yang harus dielaborasi dan dikonkretkan Indonesia di arena internasional, khususnya dalam .

“Sikap Indonesia seperti yang disampaikan Menteri Luar Negeri Sugiono sudah tepat. Indonesia mengimbau agar kedua negara menempuh cara damai untuk menyelesaikan sengketa di antara mereka,” kata Teguh. []


Penulis : Heri Suroyo


Editor : Hadi


Sumber Berita : Jakarta

Temukan berita-berita menarik Lintas Lampung di Google News
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Berita Terkait

KPK OTT Wamenaker Diduga Kasus Pemerasan
Pemprov Lampung Dorong Literasi Digital Guru Lewat Program AI Goes to School
Anggaran Sektor Pangan Minimal 10 % Dari APBN
LPM UIN RIL Jaga Standar Mutu Layananan Dengan Audit 48 Prodi dan 3 UPT
Staf Khusus Menteri Agama Paparkan Konsep Ekoteologi dan Kurikulum Berbasis Cinta 
Pengelolaan Sampah Lampung Berbenah, Dari Open Dumping Menuju Sanitary Landfill*
R APBD 2026, Pemprov Lampung Targetkan Bayar ‘Hutang’ DBH Rp 1,3 T
Kuliah Umum di Unila, Ketua MPR RI Minta Perkuat Riset

Berita Terkait

Kamis, 21 Agustus 2025 - 14:09 WIB

KPK OTT Wamenaker Diduga Kasus Pemerasan

Kamis, 21 Agustus 2025 - 14:07 WIB

Pemprov Lampung Dorong Literasi Digital Guru Lewat Program AI Goes to School

Kamis, 21 Agustus 2025 - 09:15 WIB

Anggaran Sektor Pangan Minimal 10 % Dari APBN

Kamis, 21 Agustus 2025 - 08:43 WIB

LPM UIN RIL Jaga Standar Mutu Layananan Dengan Audit 48 Prodi dan 3 UPT

Kamis, 21 Agustus 2025 - 08:05 WIB

Staf Khusus Menteri Agama Paparkan Konsep Ekoteologi dan Kurikulum Berbasis Cinta 

Berita Terbaru

#indonesiaswasembada

KPK OTT Wamenaker Diduga Kasus Pemerasan

Kamis, 21 Agu 2025 - 14:09 WIB

#indonesiaswasembada

Pemprov Lampung Dorong Literasi Digital Guru Lewat Program AI Goes to School

Kamis, 21 Agu 2025 - 14:07 WIB

#CovidSelesai

Anggaran Sektor Pangan Minimal 10 % Dari APBN

Kamis, 21 Agu 2025 - 09:15 WIB

#indonesiaswasembada

LPM UIN RIL Jaga Standar Mutu Layananan Dengan Audit 48 Prodi dan 3 UPT

Kamis, 21 Agu 2025 - 08:43 WIB