Memang, dinamika kehidupan hari-hari ini tidak nyaman karena harga barang dan jasa, termasuk harga bahan pangan, menjadi lebih mahal dari hari-hari sebelumnya. Kenaikan harga barang dan tarif jasa-jasa itu menjadi konsekuensi logis dari naiknya harga energi sebagai salah faktor dalam proses produksi.
Namun, ketidaknyamanan akibat lonjakan harga energi itu tidak hanya dirasakan masyarakat Indonesia. Komunitas masyarakat di berbagai belahan dunia pun merasakan hal yang sama. Masyarakat di negeri-negeri kaya seperti Amerika Serikat dan Eropa sudah sejak beberapa lalu mengeluhkan mahalnya harga bensin dan gas.
Di Indonesia, berkat daya tahan dan pertumbuhan ekonomi yang impresif, negara masih mampu mensubsidi kebutuhan masyarakat akan energi, seperti BBM, gas dan daya listrik. Hanya karena sebagian besar subsidi BBM terbukti tidak tepat sasaran, pemerintah harus berkeputusan mengurangi subsidi BBM. Namun, bagi mereka yang lemah dan rentan, subsidi tetap disediakan dalam wujud BLT.
Dengan tetap memrioritaskan daya tahan perekonomian nasional, diyakini bahwa pemerintah akan tetap mengalokasikan anggaran untuk subsidi energi pada tahun anggaran 2023 mendatang.##
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.