“Kondisi ini meniscayakan adanya kepedulian dari segenap pemangku kepentingan khususnya pemerintah. Namun di sisi lain, juga harus ada kesadaran dari masyarakat, khususnya generasi muda untuk memahami pentingnya bonus demografi sebagai kesempatan untuk memberdayakan diri. Terkait hal ini, kita dapat merujuk pada hasil survei tentang persepsi generasi muda terhadap bonus demografi,” urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, dari hasil survei program Gue Muda yang dilakukan pada bulan Maret 2022, terdapat pemahaman dan pemaknaan yang berjenjang di antara generasi muda dalam menyikapi bonus demografi. Sekitar 66,4 persen responden dapat mengetahui istilah bonus demografi. Meski demikian, masih ada sekitar 42,5 persen yang tidak yakin bahwa mereka telah melakukan manajemen yang baik menyongsong masa depan pada periode bonus demografi. Bahkan 37 persen responden tidak menyadari bahwa mereka menjadi bagian dari bonus demografi.
Sementara, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, dari sekitar 138 juta angkatan kerja pada 2020, hanya sekitar 10-12 persen yang merupakan lulusan perguruan tinggi. Fakta lain, setiap tahun, dari sekitar 3,7 juta lulusan SMA dan sekolah sederajat, sekitar 1,9 juta orang diantaranya tidak melanjutkan kuliah.
“Tentu kondisi tersebut harus menjadi perhatian kita bersama. Pendidikan, khususnya perguruan tinggi, sebagai faktor fundamental dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan optimalisasi bonus demografi harus mampu menjawab berbagai tantangan yang masih menjadi pekerjaaan rumah untuk diselesaikan,” pungkas Bamsoet.##
1 2
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Halaman : 1 2