Yahya Panuju, Akademisi Universitas Lampung
Pemerintah Indonesia telah mentargetkan penggunaan dua juta mobil listrik di tahun 2030 mendatang, yang berarti jumlahnya sekitar 10 persen dari jumlah mobil yang ada di Indonesia saat ini meliputi mobil penumpang maupun mobil angkutan barang. Artinya, jika target tersebut hendak tersebut hendak dicapai secara linier, maka setiap tahunnya sejak sekarang perlu diupayakan pengadaan 250.000 mobil listrik, karena berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan di Bulan Maret 2022 di Indonesia baru terdaftar sekitar 16.000 unit mobil listrik saja. Penambahan jumlah ini belum memperhitungkan jumlah kendaraan bermotor roda dua yang jumlah ratusan juta, serta jumlah konversi dari kendaraan bermotor menjadi kendaraan listrik, yang saat ini sudah didukung oleh peraturan pemerintah. Kondisi ini menggambarkan betapa akan terjadi perubahan yang cukup drastis dalam beberapa tahun ke depan, terkait usaha perubahan moda transportasi di tanah air.
Kebijakan ini mau tidak mau harus diambil oleh pemerintah, karena desakan kebijakan global dan juga kepentingan lingkungan di dalam negeri yang menuntut untuk segera diberlakukannya perubahan sistem transportasi menuju ke arah yang lebih ramah lingkungan. Tentunya akan ada banyak implikasi, dan juga konfrontasi, terkait kebijakan ini. Salah satunya adalah daya dukung sumber daya manusia (SDM) perawatan operasional di tengah masyarakat, yang familier disebut sebagai para montir. Di Indonesia ada jutaan penduduk yang berprofesi sebagai montir, yang telah menekuni profesi mereka selama tahunan serta menjadi solusi bagi kebutuhan masyarakat.
Penyiapan tenaga kerja montir yang professional juga tidak bisa dikatakan sederhana, karena melibatkan proses pendidikan formal dan non formal oleh berbagai lembaga pendidikan, yang memiliki kurikulum panjang dalam proses pendidikannya. Dan tentunya keahlian yang dimiliki oleh para montir kendaraan listrik akan berbeda jauh dengan keahlian para montir kendaraan berbasis bahan bakar fosil seperti yang ada sekarang. Hal ini dinyatakan oleh Bob Azam (Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia) dalam wawancara yang ditayangkan oleh CNBC pada 13/7/2022, di mana Bob mengatakan bahwa setidaknya Toyota telah mengidentifikasi 50 jenis keahlian unik yang dibutuhkan SDM terkait mobil listrik, dan jumlah keahlian ini diperkirakan akan masih bertambah seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi mobil listrik.
Keberadaan kendaraan listrik tentu harus didukung oleh tersedianya montir yang memiliki keahlian mumpuni untuk melakukan perawatan, dan ini juga akan sangat mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan untuk membeli kendaraan listrik tersebut dibandingkan dengan produk berbasis bahan bakar fosil seperti yang sudah banyak tersedia di pasaran. Memang salah satu strategi yang hendak ditempuh dalam pencapaian target 2 juta mobil listrik di atas adalah dengan melakukan penggantian kendaraan dinas pemerintah, sehingga mengurangi risiko penolakan konsumen terhadap kendaraan listrik. Namun hal ini juga tidak menutup permasalahan terkait tenaga perawatan professional tadi. Bahkan jika kendaraan-kendaraan listrik tersebut hendak disebar ke daaerah-daerah di seluruh Indonesia, berarti keberadaan para montir kendaraan listrik pun harus segera disiapkan di setiap daerah tersebut, agar kendaraan-kendaraan listrik yang didistribusikan tidak ditinggalkan oleh para pemakai karena ketidakmampuan untuk merawat produk tersebut.
Tentunya ada dua opsi untuk menyiapkan jumlah montir yang memadai di daerah-daerah ini. Apakah dengan mencetak montir baru, atau dengan memberikan pendidikan tambahan kepada para montir lama. Dan tentunya pemerintah perlu untuk menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan untuk melakukan hal ini, mengingat jumlah kebutuhan yang tidak sedikit dalam waktu yang relatif singkat. Tentunya pemunculan montir baru dapat berarti lapangan kerja baru yang cukup banyak, namun para montir lama tentu akan harus siaga karena penambahan jumlah kendaraan listrik sangat mungkin akan berimbas pada menurunnya jumlah kendaraan motor bakar di pasaran, dan tentunya berarti berkurangnya pekerjaan perawatan di lapangan. Apalagi dengan tren teknologi seperti sekarang, teknologi kendaraan listrik sebentar lagi akan dapat dijangkau dengan harga yang murah dan tidak lagi eksklusif bagi masyarakat menengah ke atas seperti sekarang. Para montir lama yang bertahan dengan keahlian lama, dalam waktu 10-15 tahun ke depan tentu akan tergeser dengan montir baru yang memiliki keahlian tambahan untuk merawat kendaraan listrik.
Bagi para penyedia layanan pendidikan seperti sekolah menengah kejuruan dan juga kampus teknik terkait, maka hal ini menjadi sebuah sinyalemen yang penting untuk diperhatikan, bahwa kebutuhan ini harus dapat segera ditangkap dan disikapi dengan perubahan kurikulum, penambahan fasilitas serta peningkatan kapasitas tenaga pengajar. Bagi pihak yang dapat menyikapi perubahan kebutuhan ini dengan cepat, maka dapat meraih keunggulan di masa yang akan datang, di mana tren penggunaan kendaraan listrik diperkirakan tidak dapat terbendung oleh sentimen-sentimen pasar. Seperti di Norwegia, saat ini bahkan 50% dari mobil baru yang dijual di pasaran adalah mobil listrik, di mana 70% konsumen memiliki preferensi positif untuk membeli mobil listrik. Pemerintah daerah pun sebenarnya dapat mengambil keuntungan dengan mendirikan sentra pendidikan bagi para montir baru maupun montir lama, dengan konsep kerjasama baik dengan dunia pendidikan maupun industri.
Sebuah perubahan yang disruptif memang terkadang terasa menakutkan di awal, karena ada banyak hal yang belum jelas di sana. Namun manakala perubahan itu menjadi sebuah keniscayaan, apalagi pemerintah kita telah memiliki target dan komitmen yang kuat untuk menuju ke sana, maka segenap elemen masyarakat perlu untuk mengantisipasi secara positif dan memberi dukungan dalam kapasitas masing-masing. Dalam hal ini, target realisasi penggunaan dua juta mobil listrik di tahun 2030 tentunya akan banyak memberikan manfaat terutama bagi lingkungan hidup, dan dapat memberikan banyak peluang bagi pihak-pihak yang merespon dengan cepat. (*)
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.