BANDAR LAMPUNG – Mahasiswa KKN UIN RIL, kelompok 141 mengedukasi para siswa SMPN 33 Bandar Lampung dalam hal pembuatan eco-enzyme dan pembuatan pupuk kompos pada Senin, (21/7/2025). Program ini merupakan inisiatif mahasiswa sebagai upaya mengatasi permasalahan sampah organik di lingkungan sekolah dan juga dapat diterapkan untuk mengatasi problem penumpukan sampah sisa sayur dan buah di rumah para siswa.
Program ini merupakan inisiatif mahasiswa sebagai bentuk kontribusi nyata dalam mengatasi permasalahan sampah organik di lingkungan sekolah. Selain itu, keterampilan ini juga dapat diterapkan oleh para siswa di rumah untuk mengelola sisa sayur dan buah, sehingga membantu mengurangi penumpukan sampah rumah tangga. Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa dapat lebih peduli terhadap lingkungan dan mulai menerapkan prinsip daur ulang sejak usia dini. Kegiatan tersebut mendapat perhatian langsung dari Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat – LP2M, UINRIL, Dr. Eko Kuswanto, S.Si., M.Si., yang turut meninjau ke lokasi.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif mahasiswa KKN kelompok 141 yang telah melakukan edukasi lingkungan melalui pelatihan pembuatan eco-enzyme dan kompos. Kegiatan ini sejalan dengan semangat pengabdian yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk peduli terhadap isu-isu lingkungan yang nyata di sekitar mereka,” ujar Dr. Eko.
Para guru dan siswa menyambut baik pelaksanaan program tersebut. Penanggung jawab program, Diah Anggraini dan Fitra Ayu dari Prodi Pendidikan Biologi, menjelaskan bahwa hasil fermentasi eco-enzyme dapat dimanfaatkan sebagai sabun cuci tangan, pembersih lantai alami, dan lilin aroma terapi. Pembuatan eco enzyme menggunakan perbandingan bahan 3:1:1, yaitu tiga bagian sisa buah dan sayur, satu bagian gula merah, dan satu liter air, difermentasi dalam galon lima liter yang dapat dibuka-tutup untuk mencegah tekanan berlebih.
Selain itu, mahasiswa kelompok KKN Tematik Mengajar ini juga membuat pupuk kompos dengan metode berlapis menggunakan ember 40 liter dan masa fermentasi 30–40 hari. Kompos disusun dalam empat lapisan: tanah (25%), sampah organik dari sisa sayuran dan limbah kantin (25%), serbuk gergaji (25%), dan ditutup kembali dengan tanah (25%). Tiap lapisan disiram sedikit air, lalu ember ditutup rapat selama proses berlangsung. Koordinator Kelompok 141, Erlando, bersama tim berharap program ini mampu mengurangi sampah organik dan mendorong peserta didik serta warga sekolah untuk memproduksi eco-enzyme dan kompos secara mandiri.
Penulis : Penulis: Afif Rifqi Yonada dan Sulkeflee Samoh
Editor : Ahmad Novriwan
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.