Dari berbagai sambutan tokoh ITB, sidang menekankan bagaimana ITB harus menjadi bagian dari sistem inovasi dalam upaya pemulihan ekonomi, penguatan ketahanan kesehatan, ketahanan pangan dan energi, serta mendorong transformasi digital. Dalam sambutannya, Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., menyatakan, PTTI, termasuk ITB, perlu meningkatkan keterpaduan antara kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat lewat pengembangkan pola-pola antar maupun lintas disiplin dan peningkatan kerjasama dengan berbagai sektor dan organisasi.
“Kami sangat menyadari pentingnya PTTI untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan. Kami perlu meningkatkan kualitas karya-karya kami serta memperkuat keunggulannya untuk meraih reputasi internasional yang semakin tinggi,” ujarnya.
Semantara itu Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITB Yani Panigoro, dalam pidatonya secara daring menyampaikan, perlu dilakukan upaya untuk merevolusi cara belajar dan penyelenggaraan pembelajaran di pendidikan tinggi teknik. Ia menyoroti kampus yang melahirkan para alumni dan ilmuwan yang sempit cara berpikirnya, hanya melahirkan spirit kompetensi keilmuwan, kejar keuntungan, tapi mengesampingkan aspek kemanusiaan.
“Perlu kolaborasi dalam masyarakat, dan menjadikan kepentingan masyarakat diatas agenda pribadi dan golongan. Contoh saja Sarah Gilbert dari Oxford University, yang tidak ingin menguasai hak paten dari temuan vaksin Covid-19, ia dedikasikan ilmunya untuk memuliakan aspek kemanusiaan,” tegas Yani Panigoro.
Sambutan berikutnya dibawakan oleh Ketua Senat Akademik ITB Hermawan Kresno Dipojono, ia mengatakan keberadaan PTTI berkualitas dunia merupakan investasi vital bagi keberlangsungan bangsa dan negara. Namun faktanya, anggaran untuk Pendidikan tinggi dalam beberapa tahun terakhir justru terus menurun.
“Implikasinya adalah kebutuhan riset untuk mendukung daya saing bangsa jadi tidak berjalan maksimal. Dengan situasi seperti ini, tentu wajar jika Indonesia tidak diperhitungkan sama sekali sebagai penantang serius terhadap hegemoni Barat yang berbasis pada penguasaan sains dan teknologi,’ terangnya.
Dalam sidang terbuka peringatan 102 Tahun PTTI ini juga berisi sambutan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin yang hadir secara daring. Kemudian dilanjutkan dengan orasi ilmiah dari Josaphat Tetuko Sri Sumantyo. dari Center for Environmental Remote Sensing Chiba University, Jepang, berjudul “Teknologi Penginderaan Jauh, Kunci Indonesia untuk Memimpin Dunia”. ##
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.