Selain itu lalu lintas pada Jalan Lintas Barat telah menjadi jalur utama bagi Provinsi Bengkulu, Sumatera Barat sampai Mandailing Natal di Provinsi Sumatera Utara.
Seiring perkembangan, wilayah yang dilalui Jalan Lintas Barat tumbuh dengan pesat, mulai dari Bandar Lampung – Gedong Tataan – Kota Agung hingga Krui. Akibat kapasitas jalan yang belum standar (Sub Standard), yang mana sebagian besar masih dengan lebar 6 meter, di beberapa titik yang memiliki aktivitas tinggi akan mengalami kemacetan.
Kemacetan yang diakibatkan karena kurangnya kapasitas jalan menjadi permasalahan pada Jalan Lintas Barat pada hari ini. Padahal di sisi timur, Jalan Tol Trans Sumatera sudah siap untuk menerima distribusi berbagai barang dan komoditas dari wilayah barat Provinsi Lampung.
Oleh karena itu, pengembangan Jalan Lintas Barat (Jalinbar) harus mulai dipikirkan untuk mendukung keberadaan Jalan Tol, yang mana saat ini telah menjadi “Back Bone” di Sumatera.
Di Provinsi Bengkulu sudah ada “Fish Bone” yaitu di ruas Lubuk Linggau – Bengkulu. Sementara di Sumatera Barat sudah ada di ruas Padang – Duri (Riau). Untuk Lampung, sudah saatnya ruas dari Bandar Lampung – Gedong Tataan – Kota Agung hingga Krui dikembangkan menjadi “Fish Bone” nya.
Dalam kesempatan tersebut Gubernur mengajak untuk bersama-sama memikirkan jalan keluar terbaik guna meningkatkan kapasitas jalan yang ada di jalan lintas barat ini.
Diperlukan sinergitas antar semua pihak, Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten dan juga Pemerintah Provinsi agar bergerak bersama-sama, dengan dibantu para akademisi, serta didorong oleh media.
Sementara itu dalam laporannya, Ketua Pelaksana Andi S Panjaitan, menjelaskan bahwa acara diskusi ini bermula dari keinginan untuk percepatan pembangunan provinsi lampung dengan membangun kerjasama antara Pemerintah daerah dan media.##
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.