Ditanya kesediaan menjadi salah satu dewan pakar di JMSI Sulbar, Anfas menjelaskan, sepanjang muatannya mensejahterakan anggota, bukan muatan yang aneh – aneh mengarah ke muatan politik, saya bersedia,” jelasnya.
Direktur UT Majene itu mengakui, dirinya juga dulu seorang wartawan di Maluku. Sehingga sangat mengetahui kehidupan dan kesejahteraan wartawan.
“Di Sulbar ini paling banyak potensi luar biasa. Kita greget, kita orang luar lihatnya begini. Kalau berdiskusi, teman teman pers saya lihat gajinya dibawah UMP (Upah Minimal Provinsi), saya biasa berdiskusi dengan koresponden. Jawabnya sangat miris saya dengar, akhirnya dia gadaikan idealisme dia, datang untuk meminta-minta,” ujarnya.
Anfas juga menyarankan, agar media ini mengangkat sejumlah dosen untuk menjadi kolomnis.
“Kalau perlu buka rubrik khusus untuk akademik. Karena dia punya pembaca, bila perlu mahasiswa (Dilibatkan). Saya dulu cerita, Di Maluku Utara, ada kolom khusus untuk pos Maluku, namanya akedemika. Disitu ada dosen menulis, mahasiswa menulis, bukan hanya opini tapi materi kuliahnya ,” jelasnya.
Pria asal Maluku Utara itu menambahkan, dosen dan mahasiswa juga bisa tulis hasil risetnya dan pengabdian masyarakat. “Jadi rubrik yang paling diprioritaskan untuk dibaca. Saya secara psikologi, kalau saya punya muncul disitu, saya pasti bagikan sesama dosen, dibaca mahasiswa saya. Kalau mau meningkatkan jumlah viewernya itu,” kata Anfas.##
1 2
*Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Halaman : 1 2